Bisnis.com, JAKARTA - BisKita Bogor sudah melayani 49.216 penumpang sejak mulai resmi mengaspal pada 2 November 2021 atau tiga pekan lalu.
Dari satu koridor yang beroperasi yakni Bogor-Ciparigi rata-rata penumpang perhari mencapai 2.140 Penumpang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B. Pramesti saat press tour BisKita di Bogor, Sabtu (27/11/2021).
“Dari evaluasi kami memang calon penumpang antusiasmenya sangat besar, terutama anak-anak. Bogor sudah menantikan sejak lama,” ujar Polana.
Berdasarkan evaluasi selama tiga pekan, katanya, BisKita Bogor melayani penumpang lebih banyak pada akhir pekan. Sehari bahkan bisa mencapai 3.415 penumpang.
“Transjakarta kalau weekend dikurangi, di Bogor weekend justru makin tinggi. Bogor itu kota kuliner dan kota wisata. Puncaknya 21 November, ada 3.415 orang,” terangnya.
Baca Juga
Polana mengatakan, Biskita Bogor merupakan bagian dari subsidi pemerintah pusat, BPTJ Kementerian Perhubungan untuk pengembangan transportasi massal di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
“Ini program subsidi untuk pengembangan angkutan massal di wilayah Bodetabek telah menjadi perhatian BPTJ sejak lama. Namun, baru pada 2021 program tersebut dapat direalisasikan dengan Kota Bogor sebagai pilot project,” ujarnya.
"Subsidi diberikan dalam bentuk skema buy the service atau sering disebut BTS," lanjut Polana.
Kota Bogor diputuskan sebagai penerima subsidi, karena punya komitmen pembenahan transportasi perkotaan. Hal itu juga mendapat dukungan dari DPRD Kota Bogor.
Tahap awal implementasi skema BTS adalah pemilihan operator layanan yang dilakukan lewat proses lelang.
Operator yang memenangi lelang ini harus mampu menyiapkan dan menyelenggarakan layanan dengan standar pelayanan bus rapid transit, kemudian biaya operasionalnya dibeli/dibayar sebagai subdisi dari Pemerintah Pusat.
Pemenang lelang tersebut adalah BUMD Kota Bogor, yaitu Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) bekerja sama dengan PT. Kodjari Tata Angkutan dan Lorena.
Standar pelayanan bus yang harus dipenuhi oleh operator meliputi berbagai aspek seperti keselamatan, kenyaanan dan kemudahan pelayanan.
“Sederhananya layanan BRT ini seperti halnya layanan Transjakarta yang ada di DKI Jakarta, hanya bedanya untuk di Kota Bogor belum memungkinkan menggunakan lajur khusus, karena rata-rata jalannya segini,” kata Polana.