Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas batu bara masih mengalami lonjakan menjelang akhir tahun seiring dengan kenaikan permintaan untuk menghadapi musim dingin di sejumlah negara bagian utara.
Berdasarkan bursa ICE Newcastle, batu bara masih dihargai tinggi meski tengah mengalami koreksi. Berdasarkan penutupan perdagangan pada Jumat (26/11/2021), batu bara kontrak November menyentuh US$157,50 per ton atau turun 0,50 poin dari penutupan sebelumnya.
Sementara itu untuk kontrak Desember, batu bara anjlok hingga 8,50 poin menjadi US$176 per ton atau merosot 4,61 persen dibandingkan dengan harga penutupan perdagangan sebelumnya yakni US$184,50 per ton.
Meski mengalami koreksi dalam, harga batu bara masih terbilang tinggi. Pada awal tahun, komoditas ini diperdagangkan pada level US$90 per ton. Meningkatnya permintaan namun tidak didukung oleh suplai saat krisis energi melanda membuat harga batu bara kembali membara.
Sepanjang tahun ini, batu bara di bursa ICE Newcastle sempat membukukan rekor harga tertinggi yakni pada level $272,5 per ton pada 5 Oktober 2021. Catatan itu menjadi tertinggi untuk Harga batu bara sepanjang masa.
Peneliti dari Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan bahwa harga komoditas mengalami lonjakan kuat seiring dengan tingginya permintaan dari sejumlah negara termasuk Eropa.
"Harga akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun karena permintaan akan terus tinggi ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/11/2021).
Mineral One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membukukan realisasi produksi batu bara telah mencapai 544,35 juta ton atau 87,10 persen dari target 625 juta ton.
Dari total produksi tersebut, 262,10 juta ton telah disalurkan ke pasar ekspor. Angka ini masih sekitar 53,76 persen dari rencana ekspor tahun ini yakni 487,50 juta ton.