Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Keluhkan Serapan Tenaga Kerja Lamban

Pulihnya ekonomi dari tekanan gelombang kedua Covid-19 tidak serta merta membuat serapan tenaga kerja meningkat dengan mulus. Dunia usaha belum menyediakan lapangan kerja sebanyak saat sebelum pandemi Covid-19, karena bisnis yang belum sepenuhnya pulih.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar  Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021: Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus, Relaksasi dan Vaksinasi di Jakarta, Rabu (7/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja pasca tekanan gelombang kedua Covid-19 tidak berjalan cepat.

Tren di beberapa negara itu harus turut diwaspadai Indonesia karena berpotensi berlanjut hingga tahun depan.

Dalam beberapa waktu terakhir, Sri Mulyani mengikuti berbagai pertemuan tingkat global, seperti Konferensi G20 di Italia dan Change Conference of the Parties (COP26) di Skotlandia. Dia bertemu dengan menteri keuangan dan pemimpin dari berbagai negara.

Menurut Sri Mulyani, dalam perbincangannya dengan sesama menteri keuangan, topik yang muncul terkait kesehatan ekonomi, keuangan negara, hingga pandemi Covid-19. Satu hal yang menjadi perhatian banyak negara adalah isu ketenagakerjaan.

"Saya beberapa kali ketemu annual meeting, kalau ketemu sesama Menteri Keuangan bicara banyak hal, kesehatan ekonomi, APBN. Dari sisi tenaga kerja [labour], dalam situasi Covid-19 yang normalize, ternyata labour enggak kembali secara cepat," ujar Sri Mulyani dalam Kompas CEO Forum 2021 pada Kamis (18/11/2021).

Dia menuturkan bahwa pulihnya ekonomi dari tekanan gelombang kedua Covid-19 tidak serta merta membuat serapan tenaga kerja meningkat dengan mulus. Dunia usaha belum menyediakan lapangan kerja sebanyak saat sebelum pandemi Covid-19, karena bisnis yang belum sepenuhnya pulih.

Di sisi lain, masyarakat di usia kerja atau produktif pun tidak seluruhnya kembali ke pekerjaan mereka yang lama.

Sri Mulyani menilai, ada banyak orang yang memilih untuk mengerjakan sesuatu dari rumah, baik merintis usaha atau memilih pekerjaan lain yang tak menuntutnya keluar rumah seperti sebelum pandemi Covid-19.

"Mereka ada yang sudah capek banget pengen cepat keluar [untuk bekerja seperti biasa], dan ada mereka yang sudah betah di rumah sehingga tidak ingin keluar. Former mayor Bloomberg [Michael Bloomberg] menceritakan itu, banyak anak muda yang ingin bekerja dari garasi rumah orang tuanya, fenomena labour yang sangat menarik di negara maju," ujar Sri Mulyani.

Dia menambahkan, cerita dan fenomena itu di sisi lain menunjukkan adanya persoalan generasi di sektor ketenagakerjaan. Terdapat generasi yang sangat nyaman untuk menggunakan teknologi sehingga memilih untuk menggeluti pekerjaan di rumah.

Hal tersebut perlu dicermati karena dapat berpengaruh terhadap disrupsi di sisi suplai. Menurutnya, disrupsinya berawal dari isu ketenagakerjaan, tapi lebih luas dapat berpengaruh terhadap sektor perekonomian.

"Dengan supply side disruption, lalu harga-harga naik, inflasi ini jadi masalah pelik. Pertumbuhan ekonomi belum kuat tapi inflasi tinggi. Indonesia harus betul-betul memperhatikan tantangan ini, karena most likely akan berlanjut sampai 2022," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper