Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca dagang Indonesia kembali mencatat rekor pada Oktober 2021 sebesar US$5,74 miliar. Surplus ini melampaui rekor pada Agustus 2021 sebesar US$4,74 miliar.
Surplus didorong oleh kinerja ekspor yang mencapai US$22,03 miliar. Nilai tersebut tumbuh 6,89 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 53,35 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Di sisi lain, impor pada periode tersebut tercatat sebesar US$16,29 miliar, atau tumbuh 0,36 persen (mtm) dan 51,06 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyampaikan bahwa kinerja ekspor yang baik akan mendorong keberlanjutan tren surplus hingga akhir tahun.
"Surplus perdagangan ke depannya memang berpotensi terus terjadi hingga akhir tahun. Penyebab utamanya ini lebih karena peningkatan ekspor daripada penurunan impor," jelas Faisal kepada Bisnis, Senin (15/11/2021).
Faisal menyebut terdapat dua faktor yang memicu tren tersebut. Pertama, kenaikan harga komoditas global yang disebabkan oleh disrupsi suplai.
Kedua, permintaan terhadap komoditas meningkat sejalan dengan pulihnya perekonomian sejumlah negara, terutama mitra dagang Indonesia. Utamanya adalah ekspor ke China, yang berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), meningkat sebesar 30,45 persen (mtm) pada Oktober 2021.
Selain komoditas utama seperti minyak dan batu bara, ekspor manufaktur seperti besi dan baja ikut mendorong kenaikan ekspor Indonesia pada Oktober 2021. "Ini adalah konsekuensi dari pembangunan smelter yang mengolah hasil tambang menjadi produk turunan," tambah Faisal.
Ke depannya, Faisal menyebut impor akan cenderung meningkat seiring dengan pelonggaran PPKM. Dalam dua bulan terakhir 2021, tambahnya, peningkatan impor masih akan lebih rendah dari peningkatan ekspor yang dipicu oleh harga komoditas yang tinggi.