Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi nasional yang positif masih menjadi sentimen utama yang dapat mendorong kinerja pelayaran domestik hingga akhir tahun ini selain program pemulihan pandemi yang tengah dijalankan oleh pemerintah.
Ketua Umum Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto berpendapat akan ada penaikan kegiatan ekspor nasional di sektor non peti kemas pada batu bara dan CPO. Terlebih, harga komoditas tersebut sedang melambung tinggi. Di sisi lain, sektor kontainer akan berkurang secara muatan karena masih mengalami kekurangan kontainer.
Meski mendapatkan sentimen positif dari sektor non peti kemas, pandemi ini telah menekan sektor pelayaran hingga mencapai minus 21 persen. Hal ini dikarenakan adanya penurunan arus kapal, penurunan arus barang, penurunan arus petikemas, dan yang paling dalam adalah penurunan arus penumpang.
“Untuk logistik shipping di dalam negeri jelang akhir 2021, ini sangat dipengaruhi sentimen ekonomi nasional. Saat ini proyeksinya ekonomi nasional tumbuh positif, maka kami kira sektor pelayaran dalam negeri akan ikut berada pada kondisi lebih baik dari tahun lalu,” ujarnya, Selasa (9/11/2021).
Terutama, tekannya, untuk sektor kontainer dalam negeri. Sektor ini, sebutnya, sangat dipengaruhi kondisi ekonomi nasional serta tingkat permintaan masyarakat. Dia menggambarkan sektor curah dan memang sangat bergantung kepada komoditas. Kinerja moncer dari komoditas terlihat dari naiknya harga dan ekspor batu bara dan target pemerintah terhadap pemenuhan pasar domestik juga ikut mengalami penaikan.
Baca Juga
Dia juga melihat banyak pabrik-pabrik yang sudah mulai beroperasi dan berproduksi kembali sehingga otomatis akan meningkatkan kebutuhan energi gas dan minyak. Memey, sapaan akrabnya pun memprediksikan sektor angkutan gas dan offshore juga ikut membaik terlebih dengan SKK Migas yang juga menargetkan produksi 1 juta barel per hari.
“Tapi seperti yang saya pernah bilang, ini sangat bergantung dengan kesuksesan program vaksinasi dan program PEN yang dijalankan pemerintah. Kalau ini dua jalan baik dan sesuai dengan target dan harapan bersama, tentu sektor transportasi laut akan serta merta ikut membaik,” tekannya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pada acara Virtual Expo Maritime Indonesia (VEMI) 2021 yang gelar oleh Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners Association (DPP INSA) pekan lalu menjelaskan ekonomi nasional dImulai menggeliat .Pada kuartal II/2021 tingkat pertumbuhannya mencapai 7,07 persen.
Airlangga mengatakan, pertumbuhan ekonomi itu tertinggi dalam 16 tahun terakhir, dimana sektor transportasi dan pergudangan. Ia mengatakan, sektor transportasi dan pergudangan menunjukan pertumbuhan positif tertinggi, yaitu 25,1 persen.
Secara lebih spesifik, Airlangga mengatakan, pada sektor transportasi angkutan laut tumbuh 16,4 persen year on year, yang terjadi peningkatan volume perdagangan dunia dan aktivitas ekspor impor Indonesia yang meningkat.
"Dari sisi eksternal, permintaan dan meningkatnya harga komoditas telah membuat neraca perdagangan mengalami surplus dan cadangan devisa kita kumulatif sebesar 144,8 miliar," kata Airlangga.
Pencapaian pemulihan ekonomi ini, ungkapnya, merupakan hasil kerja sama antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar itu mengungkapkan, keberhasilan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.Dijelaskan, Nikkei Recovery Index mengakui Indonesia menjadi negara terbaik di Asean dalam penanganan pandemi yang paling mematikan itu.
Namun Airlangga juga menjelaskan soal terganggunya supply chain logistic terutama terkait kebutuhan kontainer yang terbatas, logistik kapal antarnegara juga yang meningkat permintaannya, kemudian juga pelabuhan-pelabuhan internasional yang masih menjadi bottleneck. Masalah itu diikuti dengan kenaikan harga komoditas yang tinggi akibat demand yang naik secara cepat.
"Nah, tentu untuk tantangan ini sektor pelayaran dan kepelabuhan harus dapat beradaptasi dengan tingginya demand ini dan tentunya harus mencari jalan keluar agar logistic cost yang merupakan jantung perdagangan internasional bisa terjaga," jelasnya.