Bisnis.com, JAKARTA - Saudi Aramco menyentak pasar minyak dengan menaikkan harga, sehari setelah OPEC+ mengabaikan seruan Presiden Biden untuk meningkatkan produksi minyak.
Dilansir Bloomberg pada Sabtu (6/11/2021), Aramco menaikkan harga minyak mentah jenis Arab Light untuk pelanggan di Asia pada Desember dari US$1,40 menjadi US$2,70. Kenaikan harga secara bulanan untuk Arab Light ke Asia adalah yang terbesar kedua dalam 20 tahun.
Produsen minyak terbesar di dunia ini diperkirakan akan mengerek harga di kisaran 50 sen dan US$1 per barel, menurut survei pekan lalu. Angka itu tidak termasuk periode singkat tahun lalu ketika Arab Saudi dan Rusia keluar dari perang harga.
"Harga jual resmi Saudi untuk Desember lebih kuat dari perkiraan," kata Amrita Sen, kepala analis minyak konsultan Energy Aspects Ltd di London.
Seperti diberitakan sebelumnya, Aramco tidak bergeming terhadap seruan dari Presiden Joe Biden yang meminta mempercepat produksi karena pemangkasan yang dilakukan saat pandemi merebak pada tahun lalu.
Sementara itu, OPEC+ baru mau menaikkan produksi minyak mentah harian sebesar 400.000 barel bulan depan.
Baca Juga
Analis memperkirakan pasar minyak akan tetap kekurangan suplai sepanjang tahun, mengikuti keputusan OPEC+ yang dipimpin oleh Saudi dan Rusia.
Pembatasan produksi 23 anggota organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi dan mitra atau OPEC+ telah mengangkat harga minyak hingga 60 persen oada tahun ini lebih dari US$80 per barel.
Padahal, BP Plc mengatakan permintaan minyak telah melebihi 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai.
Sebagian besar negara Timur Tengah menetapkan harga bulanan sebagai premi atau diskon pada patokan. Harga resmi penjualan atau OSP Aramco berfungsi sebagai penentu bagi pasar minyak dan sering memimpin tren harga di wilayah tersebut.