Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) November 2021 mencapai US$215,63 per metrik ton, meski komoditas itu sedang dalam tren penurunan harga.
Berdasarkan bursa ICE Newcastle, harga batu bara termal untuk kontrak Desember 2021 mencapai US$161,50 per metrik ton. Harga itu naik dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu, yakni US$153,60 per metrik ton.
Sepanjang 2021, rerata harga komoditas tersebut mencapai US$147,69 per metrik ton, dengan puncak tertinggi harga batu bara yang tercatat hingga US$272,50 per metrik ton pada 5 Oktober 2021 lalu.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa harga acuan bulan ini merupakan refleksi dari rerata harga di Oktober 2021.
“Sementara itu, sejak akhir Oktober tren harga terus menurun hingga saat ini yang utamanya dipicu oleh intervensi dari Pemerintah Tiongkok,” katanya kepada Bisnis, Senin (8/11/2021).
Adapun HBA ditetapkan dari rerata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, total moisture 8 persen, total sulphur 0,8 persen, dan ash 15 persen.
Baca Juga
Lebih lanjut, APBI tidak dapat memperkirakan harga acuan pada Desember 2021. Pasalnya, saat ini batu bara global masih menghadapi tren penurunan harga.
Kendati begitu, harga saat ini masih tergolong tinggi. Terakhir kali, batu bara berada di angka US$161 per metrik ton pada 1 September 2021.
Sementara itu, sepanjang semester I/2021, komoditas ini masih dihargai antara US$90 per metrik ton hingga US$117 per metrik ton.
Namun, pemulihan ekonomi dunia dan meningkatnya kebutuhan energi listrik menyebabkan batu bara menjadi incaran dunia.
Kondisi tersebut terjadi setelah bahan bakar lain, seperti gas dan minyak bumi turut mengalami lonjakan harga.
“Sekarang sudah lebih rendah dan tren ke depan kemungkinan terus menurun seiring dengan intervensi dari Pemerintah Tiongkok, karena mereka juga berkepentingan menjaga harga,” terangnya.