Bisnis.com, JAKARTA – Dua perusahaan energi international ExxonMobil dan PT Pertamina (Persero) menyepakati sebuah kerja sama setelah menggelar pertemuan di sela-sela perhelatan COP26 di Glasgow, Skotlandia.
ExxonMobil dan Pertamina meneken kerja sama pengembangan teknologi carbon capture and utilization and storage (CCUS) yang disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil I Menteri BUMN Pahala N. Mansury, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Dalam kerja sama itu, Pertamina akan mengembangkan penerapan teknologi rendah karbon untuk mencapai net-zero emission dalam mempromosikan global climate goals.
Teknologi CCS diaplikasikan melalui penerapan proses injeksi CO2 ke dalam lapisan subsurface untuk diterapkan pada depleted reservoir di wilayah kerja Pertamina, serta mengkaji potensi skema hubs and cluster.
Pertamina dan ExxonMobil juga akan mengkaji data technical subsurface yang diperlukan untuk penilaian subsurface formation sebagai tempat menyimpan CO2 dan karakteristik di lokasi tertentu di Indonesia.
Kemudian, keduanya juga akan mengkaji data infrastruktur, termasuk data pipa, fasilitas, dan sumur untuk mengevaluasi penggunaan ulang infrastruktur yang ada untuk transportasi.
Baca Juga
Aplikasi teknologi tersebut juga dapat diterapkan pada produksi blue hydrogen yang dikombinasikan dengan teknologi CCS.
Aplikasi lainnya yang akan dikaji adalah CCUS, yaitu pemanfaatan CO2 yang akan diubah menjadi produk bernilai tambah dan penerapannya dilakukan di industri hulu dan hilir migas.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kolaborasi tersebut akan memperkuat kemitraan strategis yang berkelanjutan antara Pertamina dan ExxonMobil yang telah terjalin sejak 1970 di sektor hulu dan hilir.
Dia menegaskan, dalam rangka menghadapi perubahan iklim global, sangat penting untuk mengambil langkah-langkah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) agar bisa mengatasi peningkatan suhu global tidak melebihi 1,5 derajat celcius.
“Peluang yang dikaji kedua perusahaan di Indonesia, kombinasi dari kebijakan pemerintah yang tepat dan kolaborasi industri akan berpotensi memberikan dampak yang luar biasa di sektor-sektor yang menyumbang emisi tertinggi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (2/11/2021).
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pemerintah telah memperkenalkan kebijakan berkelanjutan, yaitu gaya hidup ramah lingkungan (eco lifestyle). Kebijakan tersebut bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi masa depan melalui inisiatif energi hijau.
Untuk mendukung langkah tersebut, Kementerian BUMN terus mendorong Pertamina melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan global dalam pengembangan teknologi CCUS.
“Kolaborasi CCUS ini merupakan langkah untuk mewujudkannya. Kemitraan ini sangat penting untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan meningkatkan kapasitas produksi gas minyak nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, pihaknya telah menginisiasi beberapa proyek CCUS pada lapangan migas dengan potensi pengurangan karbon dioksida hingga 18 juta ton.
Salah satu pengembangan teknologi CCUS dilakukan di Lapangan Gundih, Cepu, Jawa Tengah yang terintegrasi dengan teknologi Enhanced Gas Recovery (EGR) dan berpotensi mengurangi sekitar 3 juta ton CO2 dalam 10 tahun, serta meningkatkan produksi migas. Proyek itu direncanakan beroperasi pada 2026.
Namun, tantangan dalam pengembangan CCUS terletak pada nilai investasi yang besar dan nilai keekonomian yang belum ideal.
Untuk menjawab tantangan itu, Pertamina terus melakukan sinergi dan kerja sama dengan berbagai perusahaan migas dunia, sehingga dapat mengakselerasi implementasi CCUS melalui alih teknologi, pengembangan bersama, dan peningkatan kapasitas pembangunan.
“Penerapan teknologi CCUS merupakan bagian dari agenda transisi energi menuju energi bersih yang tengah dijalankan Pertamina. Teknologi rendah karbon ini akan mendukung keberlanjutan bisnis Pertamina di masa depan,” kata Nicke.
Presiden ExxonMobil Low Carbon Solutions Joe Blommaert mengatakan, melalui kebijakan yang mendukung, peran kolaborasi oleh pelaku industri akan membuat program untuk menekan emisi karbon dapat dilakukan dalam skala besar dan aman.
ExxonMobil mendirikan bisnis low carbon solutions untuk mengomersialkan teknologi rendah emisi. Bisnis itu juga mengejar investasi strategis dalam biofuel dan hidrogen untuk membawa teknologi energi rendah emisi tersebut ke skala sektor ekonomi global yang sulit didekarbonisasi.
“Kami sedang mengevaluasi proyek penangkapan dan penyimpanan karbon skala besar yang memiliki potensi untuk membuat dampak terbesar di sektor dengan emisi tertinggi di seluruh dunia, dan ada peluang di Indonesia dan di seluruh Asia Tenggara,” jelasnya.