Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Manufaktur Indonesia Naik, Ekonom: Jangan Terlena Dulu

Ekonom mengingatkan pemerintah dan pelaku industri untuk tidak terlena dengan PMI Manufaktur yang mengalami kenaikan.
Ilustrasi. Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara./Antara/Abdul Fattah
Ilustrasi. Kawasan industri di Kawasi, Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara./Antara/Abdul Fattah

Bisnis.com, JAKARTA - Industri manufaktur Indonesia dihadapkan pada lonjakan aktivitas pada Oktober 2021 sekaligus tantangan suplai bahan baku. Kemacetan pasokan yang dipicu krisis energi di China dan India akan mendorong kenaikan harga di penghujung tahun.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Andry Satrio Nugroho memperingatkan pemerintah dan pelaku industri untuk mewaspadai tantangan tersebut di tengah pemulihan kinerja manufaktur.

"Saya rasa jangan terlena terkait perbaikan ini, kita perlu terus waspada," katanya saat dihubungi, Senin (1/11/2021).

Selain mengalami krisis energi, China sebagai pemasok bahan-bahan penting bagi industri dalam negeri, juga mengalami perlambatan permintaan konsumen yang disebabkan klaster kasus Covid-19 baru di utara negara itu.

"Di satu sisi PMI manufaktur beberapa negara tinggi, di sisi lain ada negara yang kasus Covid-nya masih ada. Tentu perlu diwaspadai oleh pemerintah," lanjutnya.

Andry mengatakan antisipasi dengan meniadakan cuti bersama telah efektif menahan permintaan di dalam negeri. Selain itu, langkah pelaku usaha untuk melakukan pemesanan bahan baku dalam beberapa bulan sebelum pasokan habis juga menjadi faktor yang dapat meredam kemacetan suplai.

Meski akan ada lonjakan harga karena masalah rantai pasok, Andry berharap kenaikannya tidak akan terlalu tinggi karena dapat mengerek inflasi pada akhir tahun.

"Perlu diantisipasi setidaknya tidak ada kenaikan harga yang cukup eksesif terkait dengan harga-harga yang diterapkan oleh pemerintah," lanjutnya.

Sebelumnya, purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia berada di angka rekor 57,2 pada Oktober dari bulan sebelumnya 52,2. Pertumbuhan itu merupakan yang tercepat sejak survei pertama kali diadakan pada April 2011.

Meski demikian, IHS Markit mencatat pelaku industri manufaktur mengalami kekurangan pasokan dan permasalahan pengiriman yang menyebabkan waktu pemenuhan pesanan diperpanjang. Kondisi permintaan yang lebih kuat memperburuk permasalahan ini pada bulan lalu.

Sementara itu dari segi harga, perusahaan manufaktur Indonesia juga dihadapkan pada kekurangan pasokan yang menyebabkan kenaikan harga. Inflasi harga input naik pada kisaran tajam dalam delapan tahun, dengan banyak perusahaan menyebutkan kenaikan biaya bahan baku.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper