Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Universitas Indonesia (UI) sekaligus Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi memprediksi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali mengalami kenaikan seiring turunnya produksi dalam negeri pada semester II/2021.
Fithra beralasan kenaikan harga itu nantinya bakal ditentukan oleh menurunnya pasokan CPO di tengah meningkatnya permintaan global atas komoditas itu menjelang awal tahun 2022.
“Jalurnya ada dua, kontraksi suplai atau meningkatnya demand global. Semuanya akan memicu pertumbuhan harga komoditas CPO,” kata Fithra, Kamis (28/10/2021).
Pendapat itu, menurut dia, turut didukung oleh turunnya produksi CPO di Malaysia sebagai salah satu produsen terbesar untuk pasar global.
Dengan demikian, dia memastikan, realisasi nilai ekspor untuk CPO bakal tetap menorehkan hasil yang positif kendati dibarengi penurunan produksi dalam negeri. Alasannya, turunnya pasokan itu diimbangi dengan kenaikan harga yang masih berlanjut di pasar internasional.
“Ada kompensasi, volume yang turun ini akan bisa diimbangi dengan potensi kenaikan harga,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki memprediksi target ekspor tahun ini bakal turun signifikan dibanding tahun lalu akibat turunnya produksi CPO pada puncak panen dua bulan terakhir.
Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan asosiasinya mematok target ekspor hingga akhir tahun ini mencapai 35 juta metrik ton atau ditingkatkan dari torehan tahun lalu yang mencapai 34 juta metrik ton. Hanya saja, target ekspor tahun ini diperkirakan merosot dari target yang ditetapkan lantaran potensi turunnya volume produksi CPO pada puncak panen sebesar 1,5 juta ton.
“Target ekspornya 49 juta ton, kita khawatir jangan-jangan tidak tercapai. Kalau produksi bulan September sampai Oktober [puncak panen] itu turun atau mendatar berarti ya kita ekspor sama dengan tahun lalu atau turun sedikit,” kata Joko, Kamis (28/10/2021).
Sebelumnya, harga komoditas minyak kelapa sawit dalam setahun terakhir bergerak cukup luar biasa, naik sampai dengan 34 persen sejak awal tahun. Salah satu emiten sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SMSS) memperkirakan harganya akan tetap tinggi dalam 2 tahun-3 tahun ke depan.
Pada perdagangan Kamis (28/10/2021), harga CPO di bursa Malaysia Derivative Exchange turun 1,55 persen atau 77 poin ke 4.889 ringgit per ton. Sebelumnya, beberapa hari lalu harga CPO sempat melambung melewati 5.300 ringgit per ton.
CFO Sawit Sumbermas Sarana Hartono Jap mengatakan bahwa kenaikan harga CPO dipicu oleh adanya gangguan produksi pasokan. Ini memunculkan harapan supercycle komoditas kelima dalam sedekade terakhir.
“Tahun lalu kita udah punya ekspektasi kenaikan harga, setelah Covid pun konsultan bilang harganya akan naik, tapi harga terendah CPO diperkirakan sekitar US$800 – US$850 per ton. Jadi pakar-pakar sudah memperkirakan CPO itu cenderung naik dan sustainable. Tapi hari ini bisa naik ke atas US$1.300 per ton itu di atas ekspektasi,” ujarnya dalam bincang bersama Mirae Asset Sekuritas, Kamis (28/10/2021).