Bisnis.com, JAKARTA - Pemanfaatan produk dalam negeri disebut telah membuat penghematan di sektor hulu minyak dan gas bumi.
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi memaparkan bahwa industri hulu migas terus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Menurutnya, produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk impor secara kualitas. Bahkan, terdapat tambahan lain yang didapat dengan menggunakan produk dalam negeri, yakni efisiensi.
Erwin mengatakan efisiensi tersebut di antaranya terdapat pada kerja sama BBM, pelumas, dan pelumas sebesar Rp700 miliar per tahun pada 2020, uji coba dan substitusi produk smooth fluid dalam negeri juga memberikan efisiensi sebesar US$300.000 per sumur.
"Selain itu, kerja sama penerbangan pada 2020 berhasil membukukan efisiensi sebesar Rp25.9 miliar per tahun," katanya seperti dikutip dalam keterangan resminya, Sabtu (23/10/2021).
Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Dwi Anggoro Ismukurnianto menjelaskan sepanjang 2019-2021 pencapaian TKDN terhadap biaya didominasi jasa dengan capaian sebesar 66 persen dan industri barang hanya 20 persen.
Baca Juga
Sementara itu, Covid-19 telah mengoreksi penjualan industri penunjang lebih dari 50 persen .
"Pemerintah terus meningkatkan kandungan TKDN di industri hulu migas dengan menerapkan sejumlah strategi, di antaranya pengadaan bersama, asset/inventory transfer, sosialisasi penggunaan produk dalam negeri yang fit to purpose dan evaluasi rencana penggunaan barang impor," jelasnya.
Asisten Deputi Industri Maritim dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Firdaus Manti mengatakan sistem informasi P3DN dinilai penting, lantaran akan mendorong kemudahan pembinaan produk dalam negeri sesuai dengan kebutuhan masing-masing lembaga.
Saat ini, catatan produk dalam negeri masih tersebar di setiap lembaga atau kementerian.
"Untuk itu, diperlukan percepatan sinergi database dalam rangka perlindungan dan optimalisasi penggunaan produk dalam negeri," ungkapnya.
Direktur Industri Logam Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustian Budi Susanto menuturkan bahwa industri baja nasional mampu mendukung operasi hulu migas.
Kendati demikian, terdapat tantangan dalam penerapan peningkatan produk dalam negeri dalam industri migas.
Tantangan tersebut, kata Budi, adanya kesenjangan terkait spesifikasi teknis KKKS dan kemampuan industri dalam negeri, keraguan atas kemampuan industri dalam negeri dari segi kualitas dan delivery time, serta komitmen pengimplementasian nilai TKDN oleh perusahaan.
"Pembinaan dan peningkatan kemampuan industri migas dalam negeri melalui industrial empowerment partnership program, monitoring bersama terkait proses produksi dan laporan verifikasi kemampuan industri dan pengawasan serta evaluasi terhadap nlai TKDN sebagai dasar penyelesaian nilai kontrak," imbuhnya.