Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangkas Defisit dengan Kawasan Pasifik, RI Bidik Peluang Ekspor Mobil Listrik

Neraca perdagangan Indonesia untuk kawasan Pasifik mengalami defisit yang relatif lebar mencapai US$3,74 miliar pada periode Januari hingga Agustus tahun ini.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). Fast charging 50 kW ini didukung berbagai tipe gun mobil listrik. ANTARA FOTOrn
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). Fast charging 50 kW ini didukung berbagai tipe gun mobil listrik. ANTARA FOTOrn

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan menargetkan kinerja positif ekspor Mobil Listrik untuk menyeimbangkan defisit neraca dagang ke kawasan Pasifik. Target itu diharapkan tercapai lewat implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Australia (IA-CEPA) ke depan. 

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan kementeriannya optimis target itu dapat terealisasi seiring dengan upaya internasional untuk menekan emisi karbon. 

“Maka program produksi mobil listrik akan sejalan dengan upaya pemanfaatan akses pasar dari perjanjian perdagangan tersebut,” kata Kasan melalui keterangan tertulis kepada Bisnis, Jumat (22/10/2021). 

Neraca perdagangan Indonesia untuk kawasan Pasifik mengalami defisit yang relatif lebar mencapai US$3,74 miliar pada periode Januari hingga Agustus tahun ini. Pencatatan itu berasal dari defisit neraca minyak dan gas (Migas) mencapai US$0,32 miliar dan defisit neraca non Migas sebesar US$3,42 miliar. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menilai positif komitmen pemerintah untuk memanfaatkan IA-CEPA terkait dengan ekspor mobil listrik ke Australia. Benny mengatakan komitmen itu perlu didorong untuk menyeimbangkan neraca dagang dengan Negeri Kangguru itu. 

Benny mengatakan defisit neraca dagang itu berasal dari impor hasil pertanian, peternakan, dan pertambangan yang lebih besar dari ekspor komoditas Indonesia.  

“Dengan adanya IA CEPA tentu harapan kita adanya investasi Australia atau Selandia Baru ke Indonesia atau sebaliknya dan kita tingkatkan ekspor produk otomotif serta produk manufaktur lainnya,” kata Benny melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Jumat (22/10/2021).

Berdasarkan laporan otoritas perdagangan, ekspor nonmigas Indonesia ke sejumlah negara di kawasan Pasifik sebesar US$2,47 miliar atau naik 30,54 persen jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Ekspor nonmigas itu didominasi oleh LCD, LED, Non-konifer dari kayu tropis dan kacang sawit atau kernel. 

Di sisi lain, impor non migas Indonesia dari kawasan itu mencapai US$5,90 miliar atau naik sebesar 84,45 persen secara tahunan. Kegiatan impor itu didominasi oleh produk turunan gandum, batu bara, dan gula mentah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper