Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

7 Tahun Jokowi, Kondisi Angkutan Perintis Jadi Sorotan

Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyatakan saat ini kondisi angkutan di pedesaan dan kawasan terpencil sangat memprihatinkan, bahkan terbilang mati. 
Sejumlah penumpang menunggu keberangkatan Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 35 di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (14/10). Kapal itu termasuk dalam program Tol Laut./Antara-Syifa Yulinnas
Sejumlah penumpang menunggu keberangkatan Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 35 di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (14/10). Kapal itu termasuk dalam program Tol Laut./Antara-Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Joko Widodo memasuki usia tujuh tahun pada 20 Oktober 2021. Meski mendapatkan apresiasi terkait pembangunan infrastruktur, keberhasilan itu belum diiringi dengan sarana yang baik, khususnya di daerah pedesaan dan terisolir.

Ketua Bidang Advokasi Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menyebut saat ini kondisi angkutan di pedesaan dan kawasan terpencil sangat memprihatinkan, bahkan terbilang mati. 

Menurutnya, hal itu dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kehadiran angkutan perintis. Ditambah, anggaran yang disediakan untuk layanan angkutan tersebut juga sangat kecil.

"Anggarannya harus lebih besar. Angkutan perintis itu kecil loh [anggarannya] cuma Rp138 miliar untuk 300 rute se-Indonesia. Itu terlalu kecil. Itu harus digenjot lagi 10 kali lipat karena angkutan pedesaan kita sudah mati," ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (19/10/2021).

Namun bukan saja soal anggaran, Djoko menyebut trayek angkutan perintis juga perlu ditambah. Dia mencontohkan, di perbatasan Kalimantan perlu adanya penambahan trayek mengingat kondisi jalan yang ada saat ini.

Saat ini, sambungnya, terdapat 32 trayek angkutan jalan perintis di Pulau Kalimantan dengan panjang 3.537 km. Sayangnya, jalan tersebut mengalami kerusakan sepanjang 522 km (14,7 persen). 

"Dengan kondisi yang ada di sana, kita perlu menambah trayek angkutan jalan bus perintis," ujarnya.

Maka dari itu, dia meminta pemerintah dapat memperbaiki jaringan-jaringan jalan yang rusak karena sangat berpengaruh untuk operasional bus perintis. Pembenahan angkutan juga perlu dilakukan di Kota Malinau, Pulau Nunukan, dan Pulau Sebatik. 

Selain itu, lanjut Djoko, menciptakan angkutan perkotaan sebagai penunjang juga perlu dilakukan di Pontianak dan Singkawang.

Sebelumnya, hal senada juga pernah disampaikan Direktur Utama DAMRI Setia N Milatia Moemin. Menurutnya, akses infrastruktur untuk daerah perbatasan masih harus perlu ditambah lantaran banyak kondisi jalan yang cukup memprihatinkan.

"Di beberapa daerah, khususnya di Indonesia Timur, kondisi jalannya mudah-mudahan mendapat perhatian lebih dari kementerian PUPR," imbuhnya.

Dia menyampaikan, saat ini DAMRI memiliki angkutan perintis yang beroperasi di 47 cabang yang berbasis di 47 lokasi dengan jumlah 497 unit kendaraan. Untuk Kalimantan sendiri, DAMRI memiliki 76 unit bus perintis jenis medium berkapasitas 19 penumpang yang beroperasi di 34 trayek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmi Yati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper