Bisnis.com, JAKARTA – Industri alat kesehatan masuk ke dalam sektor yang tahan pukulan pandemi, meski di sisi lain juga belum mampu melepas ketergantungan yang tinggi terhadap importasi.
Sekretaris Jenderal Perusahaan Alat-Alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Teguh mengatakan bahwa seiring perkembangan pasar, pertumbuhan industri alat kesehatan (alkes) dapat mencapai 10–12 persen.
“Kami bisa lihat berdasarkan kebutuhan market. Kalau tempat tidur di rumah sakit tumbuhnya antara 10–12 persen, industri alat kesehatan tumbuhnya bisa sekitar angka itu,” katanya di Jakarta, Selasa (12/10/2021).
Randy pun menggarisbawahi karakter industri yang sangat beragam dari sisi produk menjadikan asosiasi sulit memetakan angka pertumbuhan atau proyeksi kinerja.
Meski begitu, dia juga mengatakan bahwa ke depan industri alat kesehatan masih tetap prospektif, terutama di masa pandemi ketika permintaan alat-alat terkait Covid-19 masih tinggi.
Selama pandemi, terdapat lonjakan jumlah industri alat kesehatan dari sebelumnya sekitar 300 menjadi lebih dari 800 perusahaan.
Baca Juga
“Itu karena didorong market. Terutama [industri] yang bergerak di alat-alat Covid-19, relatif stabil dan tahan terhadap situasi,” lanjutnya.
Guna mendukung pertumbuhan dan percepatan kemandirian alat kesehatan, Gakeslab menggandeng Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Direktur IMERI Badriul Hegar mengatakan bahwa dalam beberapa tahun mendatang pihaknya telah mencanangkan program penghiliran dan penghuluan industri, sehingga dapat menciptakan ekosistem alat kesehatan yang terintegrasi.
“Dua sampai tiga tahun ke depan kami ada 2 proyek penghiliran dan 10 proyek penghuluan setiap tahun, baik rekayasa maupun alih teknologi,” katanya.