Bisnis.com, JAKARTA — Rontoknya developer raksasa China Evergrande ibarat virus yang melemahkan pengembang lainnya di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Berita tentang efek berantai krisis keuangan yang ditimbulkan oleh gagal bayar China Evergrande menjadi salah satu berita pilihan editor di BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Kamis (10/7/2021):
Bea masuk tindak pengamanan (BMTP) atau safeguard produk keramik akan turun pada masa perpanjangan setelah masa berlaku periode sebelumnya berakhir pada 11 Oktober 2021.
Besaran BMTP atau safeguard selanjutnya akan turun menjadi 13%—17% dari sebelumnya 19%—23%.
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) berharap perpanjangan BMTP produk keramik segera diteken oleh Kementerian Keuangan karena aturan yang lama akan berakhir pada 11 Oktober 2021.
Dengan besaran impor keramik bulanan rata-rata senilai Rp500 miliar, negara berpotensi kehilangan Rp90 miliar hingga Rp100 miliar jika kebijakan BMTP atau safeguard produk keramik tak kunjung diperpanjang.
Keamanan pasokan dan tarif listrik hingga 2030 menjadi isu penting yang harus segera dicarikan solusinya, sejalan dengan upaya pemerintah menggenjot pengembangan energi baru terbarukan.
Dewan Energi Nasional menilai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2021—2030 seharusnya bisa memberikan jaminan pasokan dan harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat untuk bisa mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dalam rencana penyediaan tenaga listrik 10 tahun ke depan, untuk pertama kalinya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) mendapatkan porsi paling besar yakni 51,6%, sedangkan porsi energi fosil 48,4%.
Adapun, kapasitas pembangkit EBT akan ditambah hingga 20.923 MW, sedangkan total tambahan kapasitas pembangkit energi fosil adalah 19.652 MW. Secara keseluruhan, pemerintah membidik penambahan kapasitas listrik hingga 40.575 MW pada 2030.
Kekhawatiran tentang meningkatnya default utang oleh pengembang properti China melemahkan sentimen investor di tengah penurunan peringkat kredit baru dan ketidakpastian tentang nasib China Evergrande Group karena berebut untuk mengumpulkan uang tunai dengan menjual aset.
Evergrande menghadapi salah satu default terbesar di negara itu karena bergulat dengan lebih dari US$300 miliar utang. Perusahaan itu bulan lalu gagal melakukan pembayaran kupon pada dua tahap obligasi dolar AS.
Kemungkinan runtuhnya salah satu peminjam terbesar China itu memicu kekhawatiran risiko penularan ke sektor properti di ekonomi terbesar kedua di dunia, karena rekan-rekan yang sarat utang terpukul dengan penurunan peringkat karena gagal bayar.
Evergrande pada awal pekan ini meminta penghentian perdagangan sahamnya sambil menunggu pengumuman tentang kesepakatan besar. Evergrande Property Services Group juga meminta penghentian mengacu pada "kemungkinan penawaran umum" untuk saham perusahaan.
Bursa Efek Indonesia semakin sering menerima pengajuan rencana penerbitan saham baru atau rights issue jelang akhir tahun.
Otoritas pasar modal itu bahkan mencatat ada 40 emiten yang telah mengajukan rencana penggalangan dana lewat aksi korporasi tersebut.
Proyeksi total dana segar yang bakal diraup 40 emiten itu diperkirakan mencapai Rp18,91 triliun. Terdapat sembilan perusahaan yang nilai rights issue-nya lebih dari Rp1 triliun.
Adapun enam dari kesembilan perusahaan itu berasal dari dari sektor finansial. Lalu sisanya merupakan perusahaan dari sektor kesehatan, infrastruktur, dan industri dasar.
Para pelaku industri memerlukan acuan dan aturan yang jelas dalam penerapan energi hijau agar bisa terus menjaga keberlangsungan industri. Jangan sampai, kebijakan tersebut malah mengorbankan industri dalam negeri.
Bauran energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih mendominasi dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2021—2030 disambut beragam oleh pelaku usaha di Tanah Air.
Kendati rancangan pemanfaatan EBT tersebut bertujuan untuk mewujudkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, pelaku industri meminta agar penerapannya tetap memperhatikan pertumbuhan dan daya saing di dalam negeri.