Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan mencatatkan inflasi dengan kenaikan harga barang hingga 2,5 persen pada September dibandingkan dengan tahun lalu.
Capaian tersebut lebih cepat dari yang diperkirakan, memicu pandangan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini.
Sebelumnya, para ekonom memprediksi tingkat inflasi akan turun menjadi 2,4 persen dari 2,6 persen pada Agustus.
Laporan badan statistika Korea Selatan menggarisbawahi adanya tekanan kenaikan harga seiring dengan pemulihan ekonomi, ditambah dengan harga energi dan pangan yang naik memasuki hari libur Chuseok.
Inflasi kini telah melampaui target 2 persen Bank of Korea (BOK) selama 6 bulan berturut-turut, memperkuat kemungkinan akan adanya kenaikan suku bunga.
“Ini bukan situasi di mana BOK perlu mempercepat kenaikan suku bunga, tetapi sepertinya akan ada kenaikan suku bunga pada November," ujar Park Hee-chan, ekonom Mirae Asset Daewoo, seperti dikutip Bloomberg pada Rabu (6/10/2021).
Inflasi Korea telah menjatuhkan ekspektasi adanya perlambatan sejak melonjaknya kasus pada Juli, mengikuti ketahanan pengeluaran oleh konsumen. Bantuan tunai dari pemerintah kepada lebih dari 80 persen rumah tangga telah dimulai sejak bulan lalu juga akan mendukung belanja konsumen dan menaikkan harga.
Secara terpisah, Kementerian Keuangan Korea Selatan memprediksi bahwa inflasi akan meningkat pada Oktober, terangkat oleh basis rendah pada tahun sebelumnya ketika subsidi biaya seluler pemerintah menurunkan pengukur utama menjadi hanya 0,1 persen.
“Kami memperkirakan inflasi akan tetap di atas target sampai akhir tahun sampai awal 2022," kata ekonom Asia Bloomberg Justin Jimenez.