Bisnis.com, JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk. menggeber proyek hilirisasi batu bara dengan mengolah komoditas itu menjadi dimethyl ether (DME) untuk menekan impor liquefied petroleum gas atau LPG.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. Suryo Eko Hadianto mengatakan bahwa hilirisasi coal to DME diharapkan menjadi pengganti gas impor di masa depan.
Dalam grand strategi nasional, DME menjadi salah satu energi alternatif sebagai substitusi LPG untuk mengurangi impor. Negara ditaksir dapat menghemat anggaran hingga Rp10 triliun per 1 juta ton gas.
“Diharapkan pada 2030 Indonesia mampu memproduksi DME sekitar 3 juta ton setara LPG,” katanya saat webinar, Jumat (26/9/2021) malam.
Pada prosesnya, kebutuhan 1 juta ton LPG akan tergantikan dengan produksi 1,4 juta ton DME. Untuk membangun proyek dengan kapasitas 1,4 juta ton DME dibutuhkan investasi tidak kurang dari US$2,1 miliar atau setara Rp29,4 triliun.
Selain itu, pemanfaatan batu bara juga akan meningkat melalui proyek tersebut. Setidaknya dibutuhkan 6 juta ton batu bara per tahun untuk dapat memproduksi 1,4 juta ton DME. Artinya, batu bara yang dapat dimanfaatkan mencapai 180 juta ton selama 30 tahun.
Baca Juga
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan sumber daya batu bara dalam negeri mencapai 143,7 miliar ton. Sementara itu, cadangan batu bara yang telah diteliti mencapai 38,8 miliar ton.
Dari jumlah tersebut, 90 persen batu bara di antaranya berkalori rendah dan sedang. Hingga kini batu bara masih menjadi komoditas ekspor dan untuk pasokan dalam negeri.
Hingga pekan terakhir September, realisasi ekspor batu bara Indonesia mencapai 213,36 juta ton serta realisasi untuk kebutuhan domestik telah menyentuh 63,47 juta ton.
Dari proyek coal to DME, PT Bukit Asam akan bekerja sama PT Pertamina (Persero) sebagai offtaker dan distributor. Pasalnya selama ini perusahaan itu telah menjadi distributor gas.
“Air Products kami hire sebagai mitra yang memang menguasai teknologi dan membawa investasi dari luar senilai US$2,1 miliar.”
Dari sisi produksi, 6 juta ton batu bara akan diolah terlebih dulu menjadi syngas dan diproses kembali menjadi metanol. Metanol itu nantinya akan menjadi bahan baku produk DME.
Saat ini, perusahaan tengah menyelesaikan penetapan harga DME untuk Indonesia. Proses itu juga masih digodok di Kementerian ESDM bersama konsorsium tiga perusahaan tersebut.
Selain itu, Pertamina juga sedang mempelajari distribusi DME apakah akan disalurkan ke seluruh Indonesia atau hanya untuk kebutuhan di Sumatra.