Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terlambat mengoptimalkan potensi panas bumi yang mencapai 23,7 gigawatt (GW) di dalam negeri. Meski begitu, pemerintah mencoba mengejarnya dengan menargetkan penerapan karbon netral di 2060.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa pemanfaatan energi panas bumi Indonesia hanya sekitar 2.175 megawatt (MW) atau sekitar 9,2 persen dari total yang ada.
Selain itu, Indonesia juga menempati posisi kedua sebagai negara dengan sumber daya panas bumi terbanyak di dunia, di bawah Amerika Serikat yang memiliki cadangan sebesar 30 GW.
Direktur JSK Petroleum Academy Moch Abadi mengatakan bahwa panas bumi sudah harus dimanfaatkan dengan optimal untuk mencapai target netral karbon pada 2060.
“Kita agak terlambat memanfaatkan panas bumi. Padahal, potensinya sangat tinggi. Sesuai target pemerintah 2060 net zero emission, pemanfaatan panas bumi harus lebih aktif mulai sekarang,” katanya saat media training, Sabtu (26/9/2021).
Besarnya potensi panas bumi itu disebabkan letak geografi Indonesia di dekat cincin api atau ring of fire. Selain itu, potensi energi tersebut juga terdapat di wilayah non-vulkanik meski daya yang dimilikinya lebih rendah dibandingkan dengan di daerah vulkanik.
Baca Juga
Dari total sumber daya panas bumi, Sumatra menjadi daerah dengan potensi panas bumi paling besar mencapai 9.472 MW. Sayangnya, kapasitas panas bumi yang terpasang di Sumatra hanya 744,4 MW.
Kapasitas terpasang dari panas bumi sendiri paling banyak dimanfaatkan di Pulau Jawa, yakni sebesar 1.253,8 MW. Secara urutan, Jawa memiliki total resource hingga 8.050 MW, atau berada di posisi kedua setelah Sumatra.
Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM mencatat, saat ini ada 16 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Indonesia dengan total kapasitas terpasang mencapai 2.275 MW.
Secara detail, kapasitas terpasang di PLTP Sibayak mencapai 12 MW, PLTP Sarulla 330 MW, PLTP Sorik Marapi (87,4 MW), PLTP Muara Laboh (85 MW), Lumut Balai (55 MW), PLTU Ulubelu (220 MW), dan PLTP Salak (377 MW).
Kemudian, PLTP Wayang Windu (227 MW), PLTP Patuha (55 MW), PLTP Kamojang (235 MW), PLTP Darajat (270 MW), PLTP Karaha (30 MW, PLTP Dieng (60 MW), PLTP Lahendong 120 MW), PLTP Ulumbu (10 MW), serta PLTP Mataloko dengan kapasitas 2,6 MW.
Dari total pembangkit listrik tersebut, PT Pertamina Geothermal Energi mengelola enam pembangkit listrik tenaga panas bumi, sedangkan sisanya dikelola oleh PT Geo Dipa Energi, PT Supreme Energi Muara, PT Sorik Marapi, Sarulla Operation Ltd, Star Energy Geothermal, dan PT PLN (Persero).