Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) menargetkan sistem kelistrikan Sumatera dan Bangka bakal terhubung melalui kabel listrik bawah laut pada Desember 2021.
Terhubungnya dua sistem kelistrikan tersebut akan menghemat biaya operasi mencapai Rp1,4 triliun. Proyek itu juga akan menghentikan pengoperasian lima Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 65 megawatt (MW).
Kemudian, penghentian operasi kelima PLTD tersebut juga akan bermanfaat terhadap penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 186 juta liter, dan menekan emisi lebih dari 221.000 ton CO2 per tahun.
Saat ini, total daya mampu pembangkit di Bangka mencapai 187,7 MW, dengan beban puncak 174,9 MW. Kabel bawah laut sepanjang 36 kilometer sirkuit (kms) nantinya akan menambah pasokan listrik sekitar 109 MVA.
“Untuk menghubungkan dua sistem kelistrikan ini, investasinya sekitar Rp1,9 triliun,” kata Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto dalam keterangan resmi, Kamis (23/8/2021).
Tak hanya meningkatkan keandalan, keberadaan kabel listrik tersebut juga akan memangkas biaya pokok produksi (BPP) listrik di Bangka. Sebab, listrik dari pembangkit-pembangkit berbiaya murah di Sumatera dapat disalurkan ke Pulau Bangka.
Dari total kapasitas pembangkit 248 MW, saat ini pasokan listrik di Bangka masih didominasi dari PLTD. Dengan tersambung kabel laut, BPP listrik Bangka bakal turun hingga 57 persen dari Rp2.454 per kilowatt hour (kWh) menjadi Rp1.054 per kWh.
“Potensi penghematannya sekitar Rp1,4 triliun per tahun,” terangnya.
Wiluyo berharap, kian andalnya pasokan listrik di wilayah itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan beroperasinya kabel laut Sumatera-Bangka, PLN juga bisa meningkatkan pelayanan, terutama untuk mengakomodir permintaan pelanggan industri pada sektor perikanan,” ujarnya.