Bisnis.com, JAKARTA - Krisis utang Evergrande diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi China, tetapi tidak akan sampai berdampak ke penularan sistem keuangan nasional.
Hal tersebut disampaikan oleh mantan penasihat bank sentral China, Li Daokui seperti dikutip dari CNBC pada Rabu (22/9/2021).
“Dampaknya akan terjadi pada perekonomian riil karena gagal bayar Evergrande akan ada perlambatan pengembangan dari sejumlah proyek,” kata Li.
Dengan demikian, kata Li yang sekarang profesor ekonomi dan manajemen Tsinghua University, pasar properti akan berdampak pada tingkat pertumbuhan PDB dalam beberapa tahun ke depan karena keuangan lebih lambat di seluruh sektor.
Sementara itu, gagal bayar Evergrande akan memberikan efek minimal kepada sistem keuangan China karena tidak ada instrumen derivatif pada utang perusahaan.
Saat ini, Evergrande tercatat menjadi perusahaan properti dengan liabilitas terbesar di dunia yang mencapai US$300 miliar. Perusahaan sedang berjuang untuk membayar investornya dan memperingatkan adanya potensi gagal bayar utang seiring dengan jatuh temponya obligasi pada pekan ini.
Baca Juga : Sri Mulyani: Waspadai Gagal Bayar Evergrande! |
---|
"Sepertinya terlalu dini untuk memprediksi apa dampak bersihnya dari krisis ini. Kalau sekarang saya bisa katakan dengan perhitungan kasar saya, 1 basis poin dalam pertumbuhan PDB, jika semuanya terkendali mulai sekarang," ujar Li.
Berdasarkan rilis Asian Development Bank (ADB) pada Rabu, prediksi pertumbuhan China tetap dipertahankan sebesar 8,1 persen pada tahun ini dan 5,5 persen pada 2022.
Pertumbuhan akan timbul dari ekspansi 2,3 persen tahun lalu, ketika China menjadi satu-satunya ekonomi utama yang tumbuh sementara sebagian besar ekonomi global terpukul keras oleh pandemi Covid-19.