Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan lebih dari separuh tambahan kapasitas pembangkit listrik yang mencapai 40.000 megawatt (MW) hingga 10 tahun mendatang berasal dari energi baru terbarukan atau EBT.
Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, mengatakan bahwa pemerintah memproyeksikan tambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 40.000 MW dalam 10 tahun ke depan.
Penambahan tersebut sebagai bagian dari antisipasi terhadap meningkatnya permintaan listrik sesuai dengan hasil prognosis Kementerian ESDM.
“Kami pastikan dari tambahan 40.000 MW selama 10 tahun ke depan, hampir 52 persen berbasis EBT berbagai jenis,” katanya melalui keterangan resmi, Kamis (23/9/2021).
Rida memaparkan, kapasitas pembangkit listrik hingga Juni 2021 sebesar 73.341 MW, di mana pembangkit berbasis fosil berupa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih berperan penting sebagai penopang produksi listrik.
“Secara generation cost, PLTU memang masih murah. Jadi biar tarif listriknya tidak mahal ke rakyat, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dan membuat industri makin kompetitif,” ucapnya.
Komposisi listrik yang dihasilkan PLTU, katanya, masih mendominasi mencapai 47 persen dari total kapasitas yang ada saat ini, atau sebanyak 34.856 MW. Disusul PLTG/GU/MG 20.938 MW (28 persen), PLTA/M/MH 6.255 MW (9 persen), PLTD 4.932 MW (7 persen), PLTP 2.174 MW (3 persen), PLTU M/G 2.060 MW (3 persen), dan PLT EBT lainnya 2.215 MW (3 persen).
“Kita harus keluar dari sini untuk menghasilkan yang lebih hijau, bersih, berkelanjutan, dan ini jadi tanggung jawab bersama,” kata Rida.
Dari segi infrastruktur pendukung lainnya, penyaluran tenaga listrik nasional hingga Juni 2021 menunjukkan adanya pembangunan transmisi sepanjang 62.440 kilometer sirkuit (kms), gardu induk 151.698 sebesar Mega Volt Ampere (MVA), jaringan distribusi sebesar 1.013.217 kms, dan gardu distribusi sebesar 62.345.606 MVA.