Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyayangkan fakta bahwa mayoritas korban kecelakaan lalu lintas adalah para pelajar, khususnya tingkat SMP dan SMA.
Menyikapi itu, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno meminta kepada pemerintah, khususnya di daerah untuk memasifkan program keselamatan jalan.
“Melihat angka kecelakaan, yang agak miris itu adalah korban SMP dan SMA sangat tinggi sekali. [Pemerintah] Itu harus mengkaji penekanan khusus untuk program keselamatan,” katanya dalam sebuah diskusi dikutip Selasa (21/9/2021).
Menurutnya, para pemangku kepentingan dan pengambil keputusan di sejumlah kota besar sudah mulai melakukan kajian tersebut. Namun, beda halnya dengan daerah yang masih cenderung mengutamakan penambahan pendapatan daerah ketimbang menganggarkan program keselamatan.
“Dishub-dishub di kabupaten mungkin tidak menganggarkan program keselamatan. Mereka lebih fokus pada program mencari pendapatan daerah, misalnya dari parkir, terminal, dan lainnya, tapi keselamatan tidak dilakukan secara masif,” ujar Djoko.
Kendati begitu, dia mengakui upaya keselamatan dengan mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum massal daripada kendaraan pribadi juga sulit dilakukan di daerah. Sebab, keberadaan fasilitas umum tersebut tidak semasif dan memadai layaknya di perkotaan.
“Di sisi lain memang kami akui keberadaan angkutan umum tidak semasif di Jakarta yang sampai di kawasan permukiman ada Jaklingko gratis. Di sana, angkutan perdesaan sudah hilang bahkan di bawah 10 persen,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melaporkan sebanyak 100.028 kecelakaan lalu lintas terjadi di Indonesia sepanjang 2020. Mirisnya, mayoritas dari korban kecelakaan tersebut adalah pelajar.
Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub M. Risal Wasal mengatakan bahwa data tersebut didapatkan dari Korlantas Polri, di mana dari 100.028 kejadian kecelakaan, 23.529 di antaranya meninggal dunia.
“Angka ini cukup tinggi untuk Indonesia. Korbannya mayoritas pelajar SMA sebanyak 80.641 orang, SMP 12.699 orang, dan SD 12.557 orang. Ini semuanya para penerus bangsa,” sebutnya.
Menurut Risal, para pelajar ini bukan saja sebagai korban namun juga mungkin jadi pelaku dalam kecelakaan lalu lintas tersebut. Oleh karenanya, dia mengajak seluruh pihak agar bekerja sama berupaya menurunkan angka itu. Bahkan bukan tidak mungkin akan terjadi zero fatal accident di Tanah Air.
Dia menuturkan, dari seluruh kecelakaan lalu lintas yang terjadi, 75 persen diantaranya menimpa sepeda motor. Terlebih, saat ini kondisi jalan juga didominasi oleh sepeda motor yang sering melanggar batas jalan dan batas kecepatan yang ditentukan.
Lebih lanjut, dia menegaskan, pihaknya beserta stakeholder terkait juga bertanggung jawab mencari cara bagaimana mengalihkan para pengendara sepeda motor ini untuk bisa menggunakan angkutan umum massal, seperti BRT, LRT, MRT, dan lainnya.
“Ini adalah tugas kita bersama mewujudkan keselamatan di jalan. Dari sisi keselamatan, target kami adalah bagaimana mengurangi kejadian kematian, bahkan ditargetkan zero fatality. Segi kesehatan bagaimana kami meningkatkan orang berjalan menggunakan sepeda. Segi ramah lingkungan, bagaimana mendorong orang menggunakan kendaraan ramah emisi, dan segi layak huni adalah bagaimana jalan untuk berkeselamatan,” ucapnya.