Bisnis.com, JAKARTA - Setelah Korea Selatan dan China, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak Uni Eropa untuk berinvestasi pada proyek baterai mobil listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.
Pada Dialog Investasi EU Talkshow - EuroCham BKPM: Attracting Investment through Structural Reform secara virtual, Selasa (21/9/2021), yang dihadiri oleh Ketua Kamar Dagang Eropa atau The European Business Chamber of Commerce Indonesia (EuroCham) Julien Steimer, dan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket, Bahlil mengajak investor dari kawasan tersebut untuk berinvestasi di Indonesia.
"Pada momentum ini juga kami mengundang para investor dari Eropa untuk mengambil bagian dalam industri baterai ini. Kenapa ini saya tawarkan? Karena komponen bahan baku baterai mobil itu terdiri dari 4 yaitu nikel, mangan, kobalt, dan lithium. Di Indonesia, punya 3 bahan baku yaitu nikel, mangan, dan kobalt," ujar Bahlil pada sambutannya.
Bahlil lalu menyampaikan bahwa total cadangan nikel dunia yang ada di Tanah Air adalah sekitar 24 sampai dengan 25 persen. Sementara untuk lithium, Bahlil mengaku masih akan mengimpor dari negara lain.
"Izinkan saya, kami, untuk saudara-saudara saya dari negara Eropa, untuk memberikan waktu kepada Indonesia dalam rangka membangun hilirisasi ini. Kita ingin berkontribusi kepada dunia dengan produk-produk yang berkualitas dan [berteknologi tinggi]," tutur Bahlil.
Kini, sudah ada 2 (dua) negara yang berinvestasi pada proyek baterai mobil listrik di Indonesia, yaitu dengan perusahaan LG Chem asal Korea Selatan dan Contemporary Amperex technology Co. Ltd (CATL) asal China.
Baca Juga
Dari catatan Bisnis, nilai kerja sama investasi dari Korea Selatan, serta BUMN dan swasta dalam negeri untuk pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat adalah sebesar US$1,1 miliar (setara Rp15,6 triliun), dari total investasi yang dikucurkan sebesar US$9,8 miliar (senilai Rp142 triliun).
Sementara, nilai komitmen investasi antara konsorsium BUMN dengan CATL yang telah diteken adalah US$4,6 miliar, untuk melingkupi proyek smelter HPAL dan RKEF di sisi hulu, kemudian proyek precursor, proyek katoda, battery cell dan pack di sektor intermediate, serta ESS-charging station-power solutions hingga daur ulang di sisi hilir.
Oleh sebab itu, Bahlil menjanjikan bahwa akan memberikan kemudahan bagi para investor dari Uni Eropa untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
"Nanti pemerintah akan hadir untuk mengurus izinnya, mengurus insentifnya, bila perlu akan mengurus tanahnya juga," ucap Bahlil.
"Tambangnya bisa kita atur, yang penting adalah ada komunikasi yang baik dengan pemerintah. Kami yakinkan kolaborasi yang baik harus dibangun, baik antara investor maupun dengan BUMN, pengusaha-pengusaha nasional, dan UMKM," lanjutnya.