Bisnis.com, JAKARTA - Minimnya stok pakan ternak yang mendorong harga menjadi tinggi dapat diatasi dengan intervensi cadangan.
Bustanul Arifin, Guru Besar Pertanian Universitas Lampung yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) mengatakan kemacetan suplai terjadi karena stok dalam negeri tak memadai, sedangkan impor jagung juga tersendat. Ketiadaan stok cadangan nasional menjadi masalah krusial yang menyebabkan instabilitas harga dan pasokan yang berkepanjangan.
Untuk mengurai masalah ini dalam jangka pendek, lanjut Bustanul, pemerintah dapat berkoordinasi dengan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) untuk membagi kelebihan stok yang dimiliki.
"Ini bukan mekanisme pasar, tetapi bolehlah dipanggil, karena mereka mungkin punya stok untuk usaha produksinya yang selama ini mereka impor," katanya.
Dia menyebutkan saat ini, di dalam negeri sentra jagung telah menyelesaikan periode panen. Sedangkan negara utama asal impor jagung seperti Amerika Serikat diperkirakan saat ini sedang musim tanam dan baru akan panen pada Oktober mendatang. Akibatnya, mengikuti hukum pasar, harga bergerak naik.
"Harga pakan terlalu tinggi karena di dalam negeri [stok] berkurang, dari luar negeri juga kurang," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (19/9/2021).
Baca Juga
Meski demikian, Bustanul mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian dengan program intervensi cadangan yang menyambungkan pemerintah daerah yang surplus jagung dengan yang defisit. Namun demikian, jumlahnya tidak signifikan untuk menstabilkan harga.
Selain persoalan subsidi ongkos angkut, ketersediaan cadangan stok juga terbatas.
Adapun solusi permanen, pemerintah harus membangun cadangan stok nasional yang berarti pula mendorong produktivitas petani jagung.
"Untuk mengamankan supaya tidak terjadi gejolak harga, hal itu sangat penting," ujar Bustanul.