Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menargetkan realisasi investasi proyek baterai listrik akan selesai sebelum 2024 atau akhir masa pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu menyusul groundbreaking pembangunan pabrik baterai listrik di Karawang, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Proyek senilai US$1,1 miliar atau setara dengan Rp15,6 triliun itu merupakan kerja sama LG Energy Group Solution, Hyndai Motor Group, dan PT Industri Baterai Indonesia.
Seperti diketahui, groundbreaking pabrik baterai listrik pertama di Asia Tenggara itu merupakan bagian dari rencana investasi Korea Selatan senilai total US$9,8 miliar atau Rp142 triliun. Bahlil mengatakan konstruksi akan ditargetkan selesai di 2022, dan produksi dengan kapasitas 10 giga watt per hour akan rampung pada 2023.
"Saya targetkan total US$9,8 miliar ini semua harus start paling lambat 2022 awal. Semua harus jalan, enggak ada cerita karena untuk baterai 10 giga [watt], itu akan selesai konstruksi di September 2022, dan mulai produksi di 2023. Jadi insyaAllah, sebelum masa kabinet periode Pak Jokowi kedua ini selesai, ini sudah clear pembangunannya," jelas Bahlil pada acara Keterangan Pers Perkembangan Investasi Baterai Listrik secara virtual, Jumat (17/9/2021).
Sementara itu, pembangunan industri prekursor (precursor) dan katoda (cathode) sebagai bagian dari industri sel baterai kendaraan listrik baru akan dimulai pada Desember tahun ini. Dilansir dari situs resmi BKPM (bkpm.go.id), lokasi yang dipilih untuk pengembangan industri prekursor dan katoda adalah Kawasan Industri Terpadu (KIT) di Batang, Jawa Tengah.
Pembangunan pabrik, tambah Bahlil, akan selesai kemungkinan pada akhir 2023 atau awal 2024. Oleh sebab itu, Bahlil menyebut batery cell 10 giga sementara akan diimpor dari tempat lain selama 2 tahun sambil menunggu selesainya pembangunan pabrik bahan baku baterai tersebut.
"Jadi, bahan baku dari batery cell itu cathode dan precursor. Di Desember, pabriknya mulai kita bangun. Dia akan selesai kemungkinan 2023 akhir atau 2024. Maka, batery cell yang sudah ada 10 giga sementara kita ambil dulu dari impor selama dua tahun. Sambil kita bangun," kata Bahlil.
Adapun, investasi yang dikucurkan untuk proyek baterai listrik ini tidak hanya berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA), namun juga dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Bahlil menyebut investasi juga datang dari BUMN dan swasta nasional.
Berdasarkan catatan Bisnis, kerja sama investasi pembangunan pabrik baterai di Indonesia dilakukan setidaknya dengan dua negara yaitu perusahaan LG Chem asal Korea Selatan, dan CATL asal China.
Bahlil bahkan menyebut pada acara Keterangan Pers hari ini, bahwa sudah ada beberapa negara lain yang ingin melakukan kerja sama investasi dengan Indonesia. Namun, dia tidak mengungkap perusahaan asing apa saja yang sudah berencana masuk ke Indonesia.
"Itu gabungan Foreign Direct Investment [FDI] dengan PMDN. Jadi, tidak hanya asing, ya. Ini gabungan, bahkan dalam sistem mata rantainya itu, sebenarnya [ada] LG, BUMN, dan perusahaan swasta nasional," tuturnya.