Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taliban Serahkan Uang Hasil Sitaan US$12,3 Juta ke Bank Sentral Afghanistan

Uang tunai dan emas batangan itu ditemukan dari rumah mantan pejabat pemerintah. Kantor bekas badan intelijen Afghanistan juga dikembalikan ke bendahara DAB.
Orang-orang berlarian menuju Terminal Bandara Kabul, setelah gerilyawan Taliban menguasai istana presiden di Kabul, (16/8/2021), dalam gambar diam yang diambil dari video yang diperoleh dari media sosial. ANTARA/Jawad Sukhanyar/via REUTERS/pri.
Orang-orang berlarian menuju Terminal Bandara Kabul, setelah gerilyawan Taliban menguasai istana presiden di Kabul, (16/8/2021), dalam gambar diam yang diambil dari video yang diperoleh dari media sosial. ANTARA/Jawad Sukhanyar/via REUTERS/pri.

Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok Taliban menyerahkan uang tunai sekitar US$12,3 juta dan sejumlah emas kepada bank sentral Afghanistan, Da Afghanistan Bank (DAB).

Uang tunai dan emas batangan itu ditemukan dari rumah mantan pejabat pemerintah. Kantor bekas badan intelijen Afghanistan juga dikembalikan ke bendahara DAB.

"Pejabat Imarah Islam Afghanistan melalui penyerahan aset ke perbendaharaan nasional membuktikan komitmen mereka terhadap keterbukaan," demikian pernyataan tersebut.

Setelah berhasil menguasai Ibu kota Kabul pada 15 Agustus, Taliban mengumumkan pembentukan "caretaker government" pada 7 September.

Kelompok ini juga menunjuk sejumlah penjabat menteri dan seorang penjabat gubernur untuk bank sentral Afghanistan.

Sementara itu, China menyerukan kepada administrasi Joe Biden untuk merespons permintaan Taliban agar mau melepaskan cadangan senilai US$9,5 miliar yang disimpan di rekening AS agar Afghanistan tidak jatuh dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (15/9/2021), tanpa adanya akses cadangan, Afghanistan terancam krisis likuiditas yang akan berdampak pada penutupan bank-bank.

Juru Bicara Kementerian Luar negeri China Zhao Lijian meminta AS menghentikan upayanya untuk menghalangi perdamaian dan pembangunan di Afghanistan.

“Aset ini milik rakyat Afghanistan. Amerika tidak punya alasan yang sah untuk membekukan aset ini," kata Zao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper