Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Target, Substitusi Impor Sektor Agro Capai 24,48 Persen

Targetnya, pada akhir 2022 impor dapat diturunkan menjadi 35 persen dengan nilai Rp3,77 triliun. Adapun, program tersebut mencakup 21 HS code.
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja menyortir kedelai yang baru tiba di gudang penyimpanan di Kawasan Kebayoran Lama, Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Substitusi impor bahan baku di sektor industri agro telah mencapai 24,48 persen pada semester I/2021 dengan nilai Rp2,69 triliun.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustri Putu Juli Ardika menerangkan bahwa substitusi impor bahan baku pada semester I/2021 sudah lebih dari target yang ditetapkan.

Targetnya, pada akhir 2022 impor dapat diturunkan menjadi 35 persen dengan nilai Rp3,77 triliun. Adapun, program tersebut mencakup 21 HS code.

“Capaian ini [24,48 persen] sudah lebih dari setengahnya. Kami masih punya waktu satu setengah tahun,” kata Putu dalam webinar, Kami (16/9/2021).

Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas bahan baku khususnya hortikultura, sehingga bisa terserap ke industry.

Kemenperin juga telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam sejumlah program pengembangan industri hulu.

Sebelumnya, bahan baku industri agro masih sangat bergantung pada impor. Industri susu misalnya, membutuhkan bahan baku susu segar 4 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut yang bisa dipenuhi dari dalam negeri baru 20 persen atau 0,9 juta ton.

Selain itu, kebutuhan gula berbasis tebu, baik untuk konsumsi maupun industri mencapai 6 juta ton per tahun. Sementara itu, kemampuan produksi gula dalam negeri baru 2,2 juta ton per tahun yang umumnya digunakan sebagai gula konsumsi.

Pertumbuhan industri agro yang tercatat 2,26 persen pada semester I/2021 diharapkan dapat diikuti dengan penguatan struktur industri dari hulu ke hilir.

Sementara itu, Agus Jarwanto, Plt. Kepala Bidang Program Evaluasi Pengembangan, Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, mengatakan bahwa pengembangan industri antara di sektor hortikultura sudah dilakukan.

Hal itu dilakukan dengan memberikan bantuan alat produksi konsentrat buah. Pada 2019, impor konsentrat buah utama, yakni mangga dan jambu tercatat senilai Rp130 miliar, dan pada semester I/2021 nilai impor telah diturunkan 16 persen menjadi Rp109 miliar.

Dia mengatakan, target substitusi impor 35 persen pada tahun depan dapat dicapai dengan kemitraan yang erat antara petani dan industri.

“Antara industri dan petani harus saling menguntungkan, output dari petani bisa dimanfaatkan oleh industri,” kata Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper