Bisnis.com, JAKARTA - Industri agro mencatatkan pertumbuhan 2,26 persen sampai pada kuartal II/2021.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan angka tersebut meleset dari target pemerintah. Namun dia tidak memerinci target angka pertumbuhan industri agro di kuartal kedua.
"Cukup besar pertumbuhannya, meskipun apa yang kita harapkan masih belum tercapai," katanya pada webinar, Kamis (16/9/2021).
Hal tersebut lantaran melesetnya ekspektasi kinerja di sektor makanan dan minuman, yang menyumbang kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan industri. Munculnya varian baru yang mendorong kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ditengarai menjadi faktor utama tersendatnya kinerja sektor mamin.
"Hotel, mal, dan pasar modern, juga restoran dan cafe, masih belum berjalan dengan bagus sehingga target-target masih belum bisa tercapai," lanjutnya.
Adapun dari segi kontribusi, sektor mamin menyumbang 38,42 persen, diikuti oleh industri pengolahan tembakau 2,35 persen, kertas dan barang dari kertas 3,86 persen, produk kayu 2,54 persen, dan furniture 1,34 persen.
Baca Juga
Sementara itu kontribusi agro pada pertumbuhan industri pengolahan nonmigas atau manufaktur secara keseluruhan yakni 50,59 persen. Adapun kinerja ekspor agro pada kuartal II/2021 mencapai US$19,64 miliar atau 28,24 persen terhadap total ekspor nasional.
Putu mengatakan 70 persen industri di sektor agro telah masuk kelompok kritikal sehingga mendapat jaminan operasional penuh selama masa PPKM. Hal ini diharapkan mampu mengerek kinerja industri hingga akhir tahun.
Adapun di industri mamin, pada kuartal kedua tahun ini telah tumbuh 2,95 persen. Rachmat Hidayat, Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat memproyeksikan pertumbuhan 5-7 persen sampai akhir tahun ini.
Rachmat mengatakan untuk mampu tumbuh ke tingkat sebelum pandemi, pemerintah perlu menunda kebijakan-kebijakan yang tidak kondusif untuk pemulihan dunia usaha.
"Menaikkan PPn, menerapkan pajak karbon, cukai minuman berpemanis, itu dipikirkan nanti, karena kami harus bangkit dulu," kata Rachmat.