Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Toyota dan Honda Soroti Rencana Insentif Pajak AS untuk Pekerja di Sektor Mobil Listrik

Toyota dan Honda berpendapat bahwa rencana itu mendiskriminasi para pekerja di industri otomotif yang memilih untuk tidak bergabung dengan serikat pekerja.
Tampilan mobil listrik baterai bergaya futuristik, Toyota LQ Concept/Istimewa
Tampilan mobil listrik baterai bergaya futuristik, Toyota LQ Concept/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Dua pabrikan mobil asal Jepang, Toyota Motor Corp dan Honda Motor Co., mengkritisi proposal insentif pajak yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS).

Demokrat mengajukan rencana penambahan insentif pajak senilai US$4.500 kepada pekerja di sektor otomotif mobil listrik (EV).

Tambahan insentif pajak itu rupanya hanya diberikan kepada pegawai yang tergabung dalam serikat pekerja namun tidak diberikan kepada mereka yang tidak bergabung dalam serikat pekerja.

Dikutip dari Antara, Toyota berpendapat bahwa rencana itu mendiskriminasi para pekerja di industri otomotif yang memilih untuk tidak bergabung dengan serikat pekerja.

RUU itu nantinya akan dibahas pada Selasa (21/9/2021) dan menjadi salah satu bagian dari RUU pengeluaran senilai US$3,5 triliun yang diusulkan. Jika disetujui seluruh anggota, maka aturan itu lebih menguntungkan industri yang memiliki pabrik mobil dengan perwakilan serikat pekerja.

Sementara itu, Honda merasa aturan tersebut tidak adil. Perwakilan perusahaan mengatakan aturan itu mendiskriminasi kendaraan listrik yang dibuat para pekerja di AS jika hanya berdasarkan apakah para pekerja tergabung dalam serikat pekerja atau tidak.

"Rekan pekerja kami di Alabama,Indiana, dan Ohio yang akan membuat kendaraan listrik kami pun layak mendapatkan perlakuan yang adil serta setara dari Kongres," ungkap perwakilan perusahaan.

RUU itu diperkirakan akan menelan biaya senilai US$33 hingga US$34 miliar selama 10 tahun dan bisa meningkatkan kredit pajak maksimum hingga US$12.500 untuk kendaraan listrik.

Nilai itu naik dari angka sebelumnya yaitu US$7.500, nilai US$12.500 itu sudah termasuk insentif senilai US$500 karena menggunakan baterai yang diproduksi di AS.

Sebenarnya, RUU itu merupakan bagian penting dari tujuan Presiden Joe Biden agar bisa memastikan penjualan kendaraan listrik hingga 50 persen di 2030 dan bisa meningkatkan pekerjaan serikat pekerja di Negeri Paman Sam.

Kehadiran RUU tersebut juga menghapus kredit pajak pembuat mobil setelah mereka mencapai 200.000 kendaraan listrik yang terjual.

Rancangan yang akan diajukan pekan depan itu, turut menciptakan kredit baru yang lebih kecil untuk kendaraan listrik bekas hingga 2500 dolar AS.

Tiga pembuat mobil listrik besar di AS yaitu GM, Ford Motor Co, dan Stellantis NV yang merupakan bagian dari Chrysler tentu diuntungkan aturan itu karena mereka diwakili oleh serikat pekerja United Auto Workers (UAW).

Pembuat mobil asing yang beroperasi di AS termasuk Tesla yang tidak memiliki serikat pekerja, mewakili para pekerja mereka dengan berkoordinasi dengan UAW agar bisa mengatur pabrik di Amerika Serikat.

Toyota yang termasuk sebagai perusahaan non-Amerika Serikat terus berupaya agar insentif tersebut juga bisa didapatkan oleh para pekerja mereka.

"Kami akan berjuang untuk memfokuskan uang pembayaran pajar untuk membuat kendaraan listrik dapat diakses oleh konsumen Amerika yang tidak mampu membeli mobil dan truk dengan harga yang tinggi," ujar perwakilan Toyota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper