Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamendag Paparkan Tantangan Pengaturan Perlindungan Data Konsumen

Tidak adanya klasifikasi data pribadi yang jelas bisa menimbulkan ketidakpastian hukum karena memunculkan risiko tidak terlindungi dengan maksimal.  
Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara
Pandemi Covid/19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. / Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan mencatat pengaturan perlindungan data konsumen masih menghadapi tantangan yang memunculkan risiko bagi konsumen. 

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan tidak adanya klasifikasi data pribadi yang jelas bisa menimbulkan ketidakpastian hukum karena memunculkan risiko tidak terlindungi dengan maksimal.  

"Yang pertama yaitu klasifikasi data pribadi yang sampai saat ini masih belum terdapat peraturan kejelasan yang komprehensif untuk memberikan batasan jelas apa yang dapat diklasifikasikan sebagai data pribadi yang diasosisasikan dengan data kependudukan, data riwayat hidup, pekerjaan, atau bahkan silsilah keluarga," kata Jerry, dikutip dari tempo.co, Rabu (8/9/2021).

Tantangan kedua adalah saat ini belum diterapkan standar persyaratan teknis secara wajib dalam perdagangan sistem elektronik. Standar tersebut terkait dengan keamanan sistem dalam melakukan penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan data pribadi konsumen.

"Mungkin dapat dilihat dari beberapa kasus yang terjadi dari kebocoran data masyarakat yang tersimpan dalam sistem yang dikelola oleh penyelenggara perdagangan elektronik," kata Jerry.

Kemudian, lanjut Jerry, tantangan ketiga yakni dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik belum diatur secara jelas terkait dengan sanksi baik administratif maupun sanksi pidana dalam hal terjadi pelanggaran pemanfaatan data pribadi masyarakat oleh pihak lain.

Sesuai dengan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen memiliki hak untuk mendapatkan rasa nyaman dan aman yang termasuk di dalamnya adalah tidak terganggu kehidupan pribadinya yang termasuk penyalahgunaan data pribadi oleh pihak lain untuk keuntungan oknum-oknum tersebut.

Dalam menjabarkan hak atas perlindungan data pribadi tersebut, Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik mendefisinisikan data pribadi sebagai setiap data yang merupakan data tentang seseorang, dan data yang teridentifikasi atau dapat diidentifikasi secara sendiri atau dikombinasi dengan informasi lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

"Data pribadi konsumen dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha atau pihak lain untuk mendapatkan keuntungan, misalkan, diperdagangkan sebagai data identitas untuk penawaran barang dan atau jasa secara daring atau bahkan digunakan sebagai identitas palsu untuk pengajuan pinjaman atau banyak hal yang dapat merugikan konsumen," kata Jerry.

Karena itu, tambahnya, dalam PP perdagangan melalui sistem elektronik atau PMSE, diatur kewajiban pelaku usaha untuk menyimpan data konsumen sesuai dengan standar perlindungan data pribadi atau kelaziman yang berkembang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper