Bisnis.com, JAKARTA - Sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang tengah dijalani oleh PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) belum menghasilkan keputusan final lantaran agenda sidang masih berlanjut hinga beberapa pekan mendatang.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan saat ini sidang PKPU masih berlangsung dan belum rampung. Sebagai gambaran, lamanya proses persidangan yang dijalani bergantung kepada ada atau tidaknya pendalaman yang lebih lanjut. Adanya pendalaman maka tentunya ada diskresi lebih lanjut.
"Masih berproses dan untuk menghormati proses hukum yang berlangsung yang masih berupa fakta persidangan, kami belum bisa mengungkapkan jawaban tertulis yang dilakukan,” ujarnya, Kamis (2/9/2021).
Secara garis besar, dalam proses persidangan yang telah dijalani, maskapai pelat merah tersebut telah menyampaikan pandangan atas basis kerja sama yang telah terjalin dengan My Indo Airlines (MYIA) baik dari pandangan hukum maupun perspektif korporasi.
Sejalan dengan proses PKPU yang dihadapi, emiten berkode saham GIAA menyampaikan tengah merampungkan skema dan rencana restrukturisasi menyeluruh yang didukung oleh sejumlah konsultan yang telah ditunjuk oleh Perseroan.
Irfan mengatakan terkait dengan rencana restrukturisasi tersebut di dalamnya meliputi pengelolaan kewajiban usaha terhadap kreditur, tata kelola organisasi, hingga pengembangan model bisnis yang adaptif terhadap tantangan kinerja usaha ke depannya. Hal itu, kata dia, sebagai langkah berkesinambungan dari upaya pemulihan kinerja usaha yang terus dioptimalkan Perseroan.
Baca Juga
"Proses tersebut saat ini telah dimatangkan. Kami melihat fase restrukturisasi ini menjadi langkah krusial yang perlu ditempuh, guna menjadikan Garuda Indonesia entitas bisnis yang lebih sehat dan bisa menjawab tantangan kinerja usaha," jelasnya, Selasa (31/8/2021).
Sebelumnya, emiten berkode saham GIAA tersebut juga sedang menyusun konsep baru yakni The New Garuda Indonesia. Dalam rencana bisnis baru tersebut, filosofinya Garuda akan lebih sederhana tapi tetap menguntungkan. Hal itu dikarenakan perseroan menyadari bahwa jumlah pesawat yang akan dilayani bakal jauh berkurang.
Terkait dengan kepastian jumlah pesawat yang digunakan, Irfan menyebut masih terus dihitung oleh Perseroan. Selanjutnya, dia juga memastikan dengan adanya pengurangan jumlah pesawat yang digunakan turut berdampak terhadap jumlah rute penerbangan.