Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah telah mengumumkan rancangan penggabungan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang Pelabuhan dengan target menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dengan target tersebut total throughput peti kemas hasil merger bisa mencapai sebesar 16,7 juta TEUs.
Tiko, sapaan akrabnya, menjelaskan total aset penggabungan nantinya akan mencapai Rp112 trilun dengan total pendapatan Rp28,6 triliun. Dengan jumlah aset dan pendapatan tersebut menjadikan perusahaan merger ini berskala global dan memang.
“Terintegrasinya Pelindo memiliki banyak manfaat bagi perusahaan maupun bagi ekonomi nasional. Salah satunya ialah dengan membuka kesempatan perusahaan untuk go global. Integrasi ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs,”ujarnya, Rabu (1/10/2021).
Dari sisi ekonomi, layanan pelabuhan yang terintegrasi setelah merger juga ditargetkan bisa mengurangi biaya logistik hingga 1,6 persen pada 2025. Pengurangan biaya logistik tersebut di antaranya 1,3 persen berasal langsung dari lini pelabuhan dan 0,3 persennya secara tak langsung dari lini pelabuhan.
Seperti yang telah dikemukakan selama ini, permasalahan biaya logistik dari hasil survei pada 2018 mencapai pada level 23 persen dengan kontribusi 2,8 persen di antaranya berasal dari pelabuhan dan shipping. Meski bukan merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya biaya logistik seperti transportasi dan inventori tetapi jika pelabuhan tidak optimal tetap berimbas kepada sektor tersebut.
Baca Juga
Tak hanya itu, Tiko pun kembali menegaskan bahwa merger Pelindo ini merupakan salah satu bagian dari program strategis Pemerintah dan inisiatif Kementerian BUMN untuk melanjutkan proses konsolidasi BUMN dalam layanan kepelabuhanan. Serta diusulkan masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN), sesuai arahan Presiden.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan atas opsi restrukturisasi BUMN Pelabuhan, penggabungan adalah opsi yang paling sesuai karena dapat memaksimalkan sinergi dan penciptaan nilai tambah.
Dia memaparkan dalam rancangan penggabungan, Pelindo II akan menjadi Perusahaan Penerima Penggabungan dan Pelindo I, Pelindo III dan Pelindo IV akan bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.
Meski demikian, dia menggarisbawahi peran Pelindo II akan menjadi strategic holding dan bukan leading sector. Pasalnya, setelah merger akan ada empat subholding sebagai operator yang terbagi atas peti kemas, non peti kemas, logistik, dan marine services. Perusahaan merger ini, tekannya yang muncul sebagai perusahaan baru dengan bisnis model yang fokus.
Saat ini, proses integrasi Pelindo rencananya akan terlaksana awal bulan depan. Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan BUMN Pelabuhan ini masih dalam proses penerbitan. Kemudian selanjutnya akan berlaku efektif setelah penandatanganan Akta Penggabungan.
Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono juga mengatakan ke depan Pelindo kedepan akan memiliki kontrol dan kendali strategis yang lebih baik. Pengembangan perencanaan akan menjadi lebih holistik untuk jaringan pelabuhan, yang akhirnya akan menurunkan biaya logistik.
Pelindo terintegrasi selanjutnya tidak akan dikelola berdasarkan wilayah melainkan berdasarkan lini bisnis sehingga dapat fokus untuk mengembangkan potensi bisnis ke depan.
Menurut Arif, pemfokusan klaster-klaster bisnis akan meningkatkan kapabilitas dan keahlian yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan yang lebih baik dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya keuangan, aset, dan SDM.