Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IBC Upayakan Produksi Baterai Ramah Lingkungan

IBC berupaya memproduksi baterai kendaraan listrik ramah lingkungan yang berasal dari energi terbarukan.
Ilustrasi. Perakitan baterai kendaraan listrik di pabrik Volvo Cars di Ghent, Belgia. /Volvo Cars
Ilustrasi. Perakitan baterai kendaraan listrik di pabrik Volvo Cars di Ghent, Belgia. /Volvo Cars

Bisnis.com, JAKARTA - PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) berupaya proses produksi baterai kendaraan listriknya berbasis energi bersih.

Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan bahwa mitra global perseroan dalam proyek industri baterai kendaraan listrik, yakni Konsorsium LG dan konsorsium Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), memiliki perhatian terhadap sumber listrik yang akan digunakan untuk memproduksi baterai berasal dari energi terbarukan.

Menurutnya, sangat penting untuk memastikan proses produksi baterai dari hulu ke hilir ramah lingkungan dan memiliki emisi karbon yang rendah untuk menyasar penjualan baterai ke pasar Eropa atau Amerika.

"Mereka memerlukan sebanyak mungkin energi listrik yang digunakan berbasis energi terbarukan. Ini karena selain untuk domestik, kalau masuk ke pasar Eropa dan Amerika, memerlukan sertifikasi green bahwa ini diproduksi dengan seluruh proses itu tidak mencemari lingkungan dan dari listriknya mereka minta energi terbarukan," ujar Toto dalam acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) Forum 2021, Rabu (25/8/2021).

Dia menuturkan, penyediaan listrik dari energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik baterai menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, belum semua lokasi pendirian pabrik tersedia pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.

"Contoh di Halmahera, CATL itu perlu sekitar 600 megawatt harus energi terbarukan dan daerah situ belum tentu ada pembangkit energi terbarukan. Tapi PLN bilang sudah ada renewable energy certificate [REC]," katanya.

Adapun, REC merupakan suatu sertifikat energi baru terbarukan (EBT) yang dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) sebagai bukti bahwa konsumen menggunakan listrik yang berasal dari energi hijau dan ramah lingkungan.

IBC bersama mitra global akan membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir secara terintegrasi. Nantinya akan dibentuk joint venture (JV) di setiap rantai nilai industri baterai kendaraan listrik mulai dari tambang nikel, smelter RKEF dan HPAL, pabrik katoda, prekursor, baterai cell, energy storage system (ESS), hingga recycling.

Toto mengatakan, saat ini pihaknya masih menyelesaikan studi kelayakan proyek dan kajian secara mendetail terkait pembentukan JV. Aktivitas pengembangan di sisi tambang dan konstruksi pabrik baterai rencananya akan dimulai pada 2022. Diharapkan pada akhir 2024 atau di 2025, produksi baterai dalam negeri sudah bisa dilakukan.

"Baterai ini untuk mendapatkan dari hulu sampai hilir butuh proses pembangunan infrastruktur yang cukup besar. Investasi di LG saja US$9,8 miliar, di CATL US$5 miliar," tuturnya.

Sebagai informasi, IBC dimiliki oleh empat BUMN energi antara lain, Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper