Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Kontainer, Kemenhub Dorong Pendirian Indonesia SEA

Kemenhub mendorong pendirian Indonesia SEA agar Indonesia tidak hanya bergantung kepada MLO asing untuk mengatasi persoalan krisis kontainer.
Ilustrasi kapal kontainer/ Bloomberg
Ilustrasi kapal kontainer/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengharapkan pelaku dapat mengurangi ketergantungan terhadap operator internasional (Main Line Operator/MLO) dengan dorongan pendirian Indonesia Shipping Enterprise Alliance (Indonesia SEA).

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Mugen Sartoto mengatakan persoalan krisis kontainer ini juga menjadi pembelajaran supaya Indonesia tidak hanya bergantung kepada MLO asing. Dia pun berpendapat Indonesia harus mampu mewujudkan pendirian Indonesia Shipping Enterprise Alliance (Indonesia SEA) yang mampu berekspansi ke luar negeri.

Tujuan utamanya adalah melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika. Dengan demikian, perusahaan pelayaran nasional juga didorong untuk mau berekspansi ke luar negeri, bukan hanya jaya di dalam negeri karena azas cabotage saja.

“Tulisan pak Dahlan Iskan soal krisi kontainer ini sudah masuk ke dalam radar kami. Kami butuh ide-ide dari para thinker untuk menggaungkan dan ikut memikirkan wacana ini [Indonesia SEA). Inshaallah kami nanti ingin mengajak para tokoh berpengaruh untuk bisa mengkampanyekan ide ini supaya terwujud,” ujarnya, Selasa (24/8/2021).

Rencana tersebut memang tak mudah karena masih menghadapi tantangan internal dengan keengganan dari para pelaut nasional yang kurang berkenan berekspansi, resistensi akan perubahan dari zona nyaman karena azas cabotage dalam negeri.

Dengan demikian memang perlu diberikan dorongan dan insentif dari pemerintah baik fiskal maupun nonfiskal bagi pelaku yang mau berekspansi ke luar negeri.

Mugen juga menjelaskan terkait dengan kelangkaan kontainer ini, pemerintah sudah berulang kali mengundang rapat K/L, asosiasi, gabungan pengusaha, dan pelaku usaha di bidang ini, termasuk Main Line Operator (MLO) dari Container Shipping Company yang principalnya berasal dari luar negeri, termasuk juga feeder dari perusahaan pelayaran nasional. Bahkan juga menghadiri undangan dari K/L lain termasuk dalam forum internasional.

Dia juga menegaskan permasalahan container shortage dan melonjaknya ocean freight rate bukan hanya menjadi isu nasional saja tetapi juga menjadi isu global. Sebab Amerika Serikat (AS) yang negara adidaya juga mengalami hal yang sama.

“Kami setiap hari berusaha mencari solusi, sekaligus mintai data terkait dengan hal ini. Untuk meminta MLO menyediakan jumlah kontainer di Indonesia mudah saja, tapi tidak dengan mudah hal itu terlaksana, ini kaitannya dengan hitung-hitungan bisnis, dan itu berulang kali sudah kami sampaikan kepada mereka,” jelasnya.

Persoalan Kelangkaan kontainer ini pun tak luput dari sorotan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Dahlan menyebutkan kelangkaan kontainer saat ini merupakan yang terparah.

Para pengusaha besar juga menjerit karena ekspor yang terancam setengah mati. Sewa kontainer meroket yang belum pernah kenaikannya setinggi saat ini. Tahun lalu, sebut Dahlan, sewa kontainer 40 feet masih berada di kisaran US$2.500 dan saat ini sudah di kisaran US$16.000.

“Bukan saja sangat mahal juga sangat langka. Sulit mendapat kontainer. Bahkan sulit mendapat kapal,” kata Dahlan dalam salah satu tulisannya di portal daring.

Menanggapi hal tersebut, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) dan Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo) mendesak Presiden Joko Widodo agar menginstruksikan kepada jajaran Kementerian terkait segera menangani kasus kelangkaan peti kemas yang telah berdampak kepada naiknya tarif ocean freight.

Sekretaris Jenderal GPEI Toto Dirgantoro menjelaskan meroketnya ocean freight di tengah kelangkaan peti kemas sudah tak terkendali lagi karena hingga mencapai 500 persen hampir di seluruh rute pelayaran utama. Naiknya ocean freight, kata dia, jelas menghambat ekspor nasional yang saat ini sedang menggeliat dan diminta oleh Kepala Negara untuk digenjot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper