Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Konsumsi BBM Bersubsidi Melemah di Tengah Pandemi

Realisasi penyaluran terendah tercatat pada jenis BBM khusus penugasan atau premium yang hanya mencapai 2,71 juta KL, atau 27,18 persen dari kuota sepanjang tahun ini sebanyak 10 juta KL.
Ilustrasi./Istimewa
Ilustrasi./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi untuk jenis solar, minyak tanah, dan premium tahun ini masih rendah di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Berdasarkan data yang dipaparkan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada Senin (23/8/2021), realisasi penyaluran jenis bahan bakar bakar minyak tertentu (JBT) solar per Juli 2021 baru tersalurkan 8,55 juta kiloliter (KL). Jumlah tersebut setara dengan 54 persen dari total kuota solar yang mencapai 15,8 juta KL.

Sementara itu, realisasi penyaluran JBT minyak tanah baru mencapai 0,28 juta KL, atau 56 persen dari kuota yang ditetapkan tahun ini sebanyak 0,5 juta KL.

Realisasi penyaluran terendah tercatat pada jenis BBM khusus penugasan atau premium yang hanya mencapai 2,71 juta KL, atau 27,18 persen dari kuota sepanjang tahun ini sebanyak 10 juta KL.

Dalam dokumen Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN Tahun Anggaran 2022 disebutkan bahwa

selama kurun waktu 2017–2021, perkembangan volume konsumsi atau penyaluran BBM jenis solar cenderung mengalami peningkatan dari 14,5 juta KL pada 2017 (audited) menjadi 15,8 juta KL pada 2021.

Meski begitu, pada 2020 sempat mengalami pelemahan akibat adanya penurunan aktivitas masyarakat di masa pandemi Covid-19.

Volume konsumsi atau penyaluran BBM jenis minyak tanah relatif stabil mencapai 0,5 juta kilo liter. Adapun, volume konsumsi atau penyaluran LPG tabung 3 kilogram mengalami tren peningkatan dari 6,3 juta metrik ton pada tahun 2017 (audited) menjadi 7,5 juta metrik ton pada 2021.

Dari sisi anggaran, pada 2021 subsidi BBM dan LPG tabung 3 kilogram diperkirakan mencapai Rp66,93 triliun, atau menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan dengan 2020.

Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan asumsi dasar ekonomi makro, terutama harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) dan nilai tukar rupiah, perkembangan volume konsumsi, serta pembayaran kekurangan subsidi tahun-tahun sebelumnya.

Selain itu, perkembangan realisasi subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg juga dipengaruhi oleh perubahan kebijakan besaran subsidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper