Bisnis.com, JAKARTA – Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pariwisata dan Pendukung pada tahap akhir atau tahap 3 direncanakan rampung pada 2023 sejalan dengan menunggu selesainya proses restrukturisasi yang dilakukan oleh maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).
Direktur Project Management Office (PMO) holding BUMN pariwisata dan pendukung Edwin Hidayat Abdullah mengatakan keselarasan strategis dengan emiten berkode saham GIAA tersebut dilakukan dengan virtual holding dan atau konsep kerja sama operasional.
Saat ini pembentukan tahap pertama telah dilakukan dengan anggota holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, yakni PT Angkasa Pura I (persero) dan PT Angkasa Pura II (persero). Kemudian, Inna Hotels dan Resorts, juga PT Taman Wisata Candi serta Sarinah.
Targetnya pada tahap 1 ini rampung pada kuartal III/2021. Selanjutnya proses inbreng ITDC akan dilakukan pasca proses Penyertaan Modal Negara (PMN) 2021 kepada ITDC sebagai persero pada kuartal IV/2021.Barulah, lanjutnya, pada tahap 3 menunggu proses restrukturisasi Garuda selesi dengan target pada 2023.
“Dalam perencanaan, Garuda baru bisa masuk ke holding setelah restrukturisasi selesai. Walaupun Garuda belum masuk pada tahap 1 holding, namun sinergi bisnis dan lainnya masih bisa tetap dijalankan dengan anggota holding lainnya,” ujarnya, Kamis (18/8/2021).
Menurutnya, pemulihan penerbangan pada masa sekarang melalui safe traveling degan protokol kesehatan dan produk bundling yang tepat adalah salah satu program jangka pendek holding untuk pemulihan awal sektor aviasi dan pariwisata.
Baca Juga
Edwin menjelaskan dalam holding ini juga akan mengutamakan platform kolaboratif dan terintegrasi. Hal itu dimulai dari pengelolaan pariwisata regional berbasis bandara melalui kolaborasi dengan stakeholder daerah.
Kemudian menciptakan super platform sebagai akses tunggal terhadap seluruh platform pendukung pariwisata. Terakhir, melakukan utilisasi big data untuk menyelaraskan produk jasa pariwisata dengan kebutuhan wisatawan.
Indonesia pun perlu memprioritaskan pasar domestik sebelum fokus ke pariwisata internasional. Terkait hal ini, sejumlah hal yang dibutuhkan adalah protokol kesehatan, insentif bagai maskapai, hotel, dan agen travel, digitalisasi sistem hingga pemasaran untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Dalam holding, PT Survei Udara Penas (Persero) akan menjadi induk holding yang mana saat ini nama perusahaan tersebut dalam proses berganti nama menjadi PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero). Penandatanganan nota kesepahaman sembilan anak usaha BUMN pariwisata tentang kerja sama usaha pada subklaster customer experience untuk memberikan layanan yang terintegrasi berbasis teknologi informasi merupakan bagian menuju proses pembentukan holding BUMN pariwisata dan pendukung.
Holding BUMN ini terdiri atas kolaborasi sembilan anak usaha BUMN pariwisata dan pendukung dalam memberikan layanan terintegrasi terdiri atas anak usaha PT Angkasa Pura I (Persero) yakni PT Angkasa Pura Suports, PT Angkasa Pura Hotel, dan PT Angkasa Pura Logistik; anak usaha PT Angkasa Pura II (Persero) yakni PT Angkasa Pura Solusi, PT Gapura Angkasa, PT Angkasa Pura Kargo, dan PT Angkasa Pura Propertindo; anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) seperti PT Aero Systems Indonesia dan PT Aerojasa Cargo.