Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak awal 2021 tidak lagi hanya ditopang oleh konsumsi pemerintah.
Pasalnya, sebagian besar komponen pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh negatif di keseluruhan 2020 seperti konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor-impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hanya konsumsi pemerintah yang bisa tumbuh positif sebesar 1,94 persen (year-on-year/yoy) sepanjang 2020.
Febrio lalu menjelaskan hal tersebut berubah sejak awal 2021, bahkan pada kuartal I/2021. Dia menyebut seluruh komponen mulai menguat secara signifikan dibandingkan dengan sepanjang 2020.
“Investasi sudah mendekati penguatan yang cukup signifikan, itu di -0,2 persen. Ekspor sudah memasuki level positif, dan konsumsi pemerintah tentu juga positif. Ini yang membuat [pertumbuhan] di kuartal I/2021 lalu sebesar -0,74 persen,” jelas Febrio pada Media Briefing Strategi dan Outlook Perekonomian dan Kesejahteraan, Rabu (18/8/2021).
Perkembangan tersebut kembali ditunjukkan di kuartal II/2021, di mana pertumbuhan ekonomi melonjak 7,07 persen secara tahunan (year-on year/yoy). Seperti konsumsi rumah tangga tumbuh menguat 5,9 persen, investasi 7,5 persen, konsumsi pemerintah 8,1 persen, dan ekspor tumbuh 31,8 persen.
Oleh karena itu, Febrio menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah tidak lagi menjadi satu-satunya andalan dan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Komponen lain seperti ekspor-impor, investasi, dan konsumsi rumah tangga sudah kembali menguat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
Meski begitu, Febrio mengatakan pemerintah tetap mewaspadai dampak yang dapat ditimbulkan oleh penerapan PPKM, di kuartal III/2021. Terlebih, bagi daerah yang menerapkan PPKM level 3 dan 4.
“Tentunya dengan tantangan di Q3/2021 ini, yang berkaitan dengan PPKM level 3, 4, dan seterusnya. Memang harus kita lihat risikonya terhadap komponen-komponen [pertumbuhan] ini,” pungkasnya.