Peran Sektor Komersial dan Industri Mendukung Akselerasi Transisi Energi Terbarukan Indonesia

CEIA telah meningkatkan upaya wawasan pasar dengan meluncurkan draf Buku Panduan Pengadaan Energi Bersih untuk Pembeli Swasta di Indonesia
Foto: dok. WRI
Foto: dok. WRI

Bisnis.com, JAKARTA - Clean Energy Investment Accelerator (CEIA), adalah inisiatif  yang diprakarsai dan dipimpin bersama oleh Allotrope Partners, World Resources Institute (WRI), dan US National Renewable Energy Laboratory (NREL) yang dimaksudkan untuk mendorong penerapan solusi energi terbarukan (ET) bagi konsumen listrik berskala besar di pasar negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, Filipina, Meksiko, dan Kolombia. CEIA didukung oleh sumber donor dari publik, swasta dan filantropi.

Melalui dialog secara reguler, CEIA telah membentuk ekosistem di mana pengembang, pemerintah dan penyedia utilitas, investor, organisasi masyarakat sipil, asosiasi bisnis, dan mitra pembangunan dapat berkolaborasi untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan solusi ET perusahaan dalam skala besar.

Di Indonesia, CEIA memiliki kelompok kerja yang beranggotakan korporasi dan industri sebagai konsumen listrik besar dan menyuarakan masukan kolektif mereka sejak tahun 2018.

Masukan kolektif ini nantinya akan digunakan untuk menginformasikan kerangka kebijakan yang memungkinkan untuk meningkatkan penyebaran dan penggunaan energi terbarukan.

Saat ini, koalisi CEIA Indonesia sudah beranggotakan lebih dari 30 perusahaan dan 70 rantai pasok, kami percaya bahwa jumlah ini akan semakin bertambah ke depannya. Seiring dengan meningkatnya komitmen perusahaan dalam pengadaan ET, semakin terjangkaunya teknologi ET, dan dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan publik.

Selain bekerja sama dengan para pembeli korporat, CEIA juga telah meningkatkan upaya wawasan pasar dengan meluncurkan draf Buku Panduan Pengadaan Energi Bersih untuk Pembeli Swasta di Indonesia. Buku ini bertujuan untuk membantu perusahaan agar dapat menentukan pilihan untuk memenuhi tujuan energi mereka di Indonesia.

Selain itu CEIA juga meluncurkan buku “Ringkasan Kebijakan” yang berisikan ringkasan akan kebijakan sektor energi dan kelistrikan yang berhubungan dengan sektor komersial dan industri.

CEIA juga memberikan dukungan teknis secara langsung kepada mitra rantai pasokan dari perusahaan multinasional dalam proses pengadaan proyek surya atap, yang menunjukkan daya saing biaya solar di Indonesia. Salah satu bentuk dukungan teknis tersebut adalah dengan mengembangkan contoh Request for Proposals (RFP) yang fokus pada perusahaan yang berada di Indonesia. Contoh ini nantinya akan dapat diadaptasi dan digunakan oleh perusahaan industri lain untuk memungkinkan pertumbuhan pasar surya atap di Indonesia.

Kerja-kerja dan pengalaman kami bersama dengan perusahaan dari sektor komersial dan industri membuat kami percaya kami percaya bahwa sektor ini adalah kunci dari transisi energi terbarukan. Saat ini, semakin banyak pelaku dari sektor tersebut yang memiliki komitmen dalam pengadaan energi terbarukan, dan kami percaya jumlah ini akan semakin bertambah ke depannya.

Salah satu tren global adalah bergabungnya perusahaan multinasional ke dalam komitmen atau inisiatif untuk mencapai penggunaan ET 100% sampai dengan tahun 2050 dan hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pembelian ET pada 2020, di tengah pandemi Covid-19, berdasarkan laporan Bloomberg NEF tahun 2021.

TANTANGAN DAN PELUANG

Namun, ambisi sektor komersial dan industri untuk pengadaan energi terbarukan ini tidak mudah dicapai di Indonesia karena beberapa faktor. Yang pertama adalah ketergantungan pada energi bahan bakar fosil; pada tahun 2020, Indonesia hanya mampu mencapai 14% energi terbarukan di dalam bauran energi mereka, padahal Indonesia memiliki target ambisius untuk memenuhi 25% energi terbarukan di bauran energi terbarukan pada 2025.

Ada juga kekurangan investasi, khususnya senilai US$36,95 miliar berdasarkan keterangan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang diperlukan untuk membangun infrastruktur pendukung dan pembangkit listrik ET.

Untuk menghadapi tantangan tersebut CEIA Indonesia juga menjangkau Kementerian ESDM, untuk memberikan masukan kebijakan yang menghasilkan revisi peraturan yang meningkatkan aspek ekonomi proyek surya atap dengan cara menurunkan biaya kapasitas untuk pengguna industri menjadi seperdelapan dari tingkat sebelumnya.

CEIA Indonesia juga bermitra dengan PT. PLN (Persero) untuk menjajaki pengembangan produk ET yang inovatif untuk bisnis di Indonesia, termasuk dukungan teknis untuk desain pasar Sertifikat Energi Terbarukan (REC) yang memenuhi standar internasional. PLN akhirnya meluncurkan produk ini pada November 2020.

Mengingat momentum global, peningkatan pengadaan ET oleh korporasi, serta peluncuran Sertifikat Energi Terbarukan oleh PT. PLN (Persero), CEIA Indonesia percaya sekarang adalah saat yang tepat bagi pembeli ET dari sektor komersial dan industri untuk mengambil langkah bersama dalam mendorong perbaikan kebijakan energi Indonesia.

Salah satu bentuk langkah bersama tersebut adalah meluncurkan sebuah pernyataan yang menunjukkan komitmen bahwa sektor komersial dan industri sudah siap untuk mengambil bagian dalam transformasi energi Indonesia termasuk dalam berinvestasi di pengadaan ET dan memperbaiki ekosistem ET.

Selain itu, langkah bersama tersebut dapat menjadi sebuah platform untuk berbagi informasi tentang bagaimana transformasi energi terbarukan dapat bermanfaat bagi Indonesia dan korporasi. Salah satu contohnya adalah ketika perusahaan-perusahaan di Jepang yang mengeluarkan pernyataan bersama untuk mendorong pemerintah Jepang mempercepat program energi terbarukan dan meningkatkan target energi terbarukan 2030 menjadi 50%.

Sama seperti dengan perusahaan Jepang, kami juga mendorong Indonesia untuk dapat mencapai target energi terbarukan Indonesia sebesar 50% pada 2045, pada saat Indonesia berusia satu abad. Kami percaya bahwa target ini adalah target yang dapat dicapai jika kita semua dapat bekerja sama.

Di luar itu, kami juga percaya transisi ET juga akan mendorong banyak hal positif di Indonesia, termasuk peningkatan lapangan pekerjaan hijau. International Renewable Energy Agency atau IRENA, sebuah organisasi antarpemerintah yang mendukung negara-negara dalam transisi mereka ke masa depan energi yang berkelanjutan, memprediksi bahwa investasi sebesar US$630 miliar pada 2030 dapat menciptakan minimal 20 juta lapangan pekerjaan baru di sektor energi terbarukan.

Transisi energi terbarukan juga akan membantu mendorong semakin banyak investasi di Indonesia karena semakin banyaknya permintaan atas energi terbarukan dari perusahaan-perusahaan. Hal ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia agar dapat menjadi pemimpin regional di Asia Tenggara dalam pengadaan tersebut.

Terakhir, transisi ke energi terbarukan juga akan membantu Indonesia dalam komitmennya sesuai dengan Persetujuan Paris untuk mengurangi emisi karbon dan berkontribusi pada mengurangi dampak dari krisis iklim. Tentunya hal ini perlu dibantu dengan berbagai kegiatan di sektor lain agar komitmen ini dapat tercapai.

Melihat seluruh peluang yang dapat dicapai tersebut, kami yakin bahwa transisi energi terbarukan di Indonesia harus berlangsung sekarang. Transisi itu harus dimulai dengan lahirnya regulasi yang akomodatif dan membuka ruang kolaborasi antara pemerintah dan swasta dan dilanjutkan dengan adanya produk hijau di pasaran.

Untuk itu CEIA Indonesia bersama para pembeli dari sektor komersial dan industri menyatakan siap untuk mendukung hal tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper