Bisnis.com, JAKARTA – Pemindahan trayek perusahaan pengangkut kapal kendaraan (pure car carrier/PCC) dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Patimban pada Agustus 2021 ini cukup potensial sejalan dengan kebijakan pemerintah memperpanjang insentif pajak atas penjualan barang mewah atau PPnBM.
Seperti diketahui, pemerintah telah memutuskan untuk memperpanjang insentif berupa diskon pajak atas penjualan barang mewah (PPnBM) sebesar 100 persen untuk mobil hingga Agustus 2021.
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Saut Gurning mengatakan dengan masuknya car carrier berpotensi memberikan tambahan lalu lintas bagi Pelabuhan Patimban dalam waktu dekat. Hal ini, juga semakin menarik karena sisi hulu pemerintah memberikan insentif fiskal bagi pembelian kendaraan pada masa pandemi Covid-19.
“Dengan adanya insentif PPnBM ini yang akan terus mendongkrak permintaan konsumsi masyarakat atas roda dua dan roda empat,” ujarnya, Jumat (6/8/2021).
Saut memaparkan saat ini kecenderungan daya saing moda transportasi darat dalam distribusi kendaraan roda dua dan roda empat dari berbagai sumber produksi atau asembli di sekitar Jawa termasuk di Cikarang ke Sumatera.
Menurutnya, distribusi kendaraan roda dua dan roda empat melalui jalur darat memang memiliki level biaya yang cenderung lebih bersaing apabila lokasi pelabuhan bongkar (last-call) berada di wilayah Belawan ketimbang di sekitar Kepri, Palembang atau lainnya. Tren tersebut sudah terjadi 3-4 tahun ini.
Baca Juga
Dengan demikian, lanjutnya, jika pola ini dipertahankan dan dapat dikombinasi dengan Pelabuhan Patimban menjadi lokasi first call. Selain itu juga menjadikan dukungan first mile yang lebih efisien ketimbang ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk orientasi distribusi ke wilayah Sulawesi, Kalimantan dan berbagai wilayah Indonesia Timur lainnya yang cenderung menguat dari sisi permintaan selama lima tahun belakangan ini
Dia juga berpendapat apabila penguatan rute baru ini didukung dengan rute pengumpan angkutan penyeberangan jarak jauh (long-distance ferry), tentu akan memberikan faktor komersial yang lebih rasional bagi produsen kendaraan (CBU) yang memang berada dekat di wilayah belakang (hinterland) Pelabuhan Patimban.
Khususnya di berbagai tujuan pemasaran kendaraan di wilayah Makasar, Sorong, Manokwari, Wasior, Nabire, Jayapura, Nabire dan lainnya seperti yang dilayani ASDP dengan KMP Ferindo 5.
Namun di sisi lain, terangnya, perdagangan berbasis otomotif yang didukung Patimban ini memiliki keterbatasan psikologis apabila cenderung membatasi usaha lain yang berasal dari negara lain selain dari Jepang. Hal ini menimbulkan tantangan agar bauran produk otomotif bisa menjadi lebih variatif dan terbuka untuk berbagai produk lainnya.
Dia meminta pemerintah juga harus mendorong kepentingan usaha dalam negeri mendapatkan manfaat yang lebih kuat ketimbang hanya untuk mendukung bisnis kepentingan Jepang khususnya kendaran bermotor.