Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Menristek Ingatkan Target Indonesia Negara Maju 2045, Tidak Boleh Lewat!

Indonesia Perlu Manfaatkan Bonus Demografi Untuk Keluar dari Jebakan Kelas Menengah
Mantan Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Mantan Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menyebut target Indonesia menjadi negara maju di 2045 harus dianggap deadline.

Oleh karena itu, Bambang menilai deadline tersebut tidak boleh dilewati. Pasalnya, Bambang menilai saat ini merupakan kesempatan yang tepat bagi Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi, sebelum menjelang 2045 di mana Indonesia akan menjadi aging society, atau negara yang mengalami lonjakan jumlah masyarakat lanjut usia.

Di sisi lain, dia menyebut bonus demografi merupakan syarat untuk suatu negara berubah dari berpenghasilan menengah (middle income) menjadi negara maju (developed) dan berpenghasilan tinggi (high income). Contohnya, yaitu Jepang dan Korea Selatan.

“Sekarang ini usia produktifnya sebagai bangsa. Kalau kita sudah aging, sudah pensiun dan kesehatan dan cara berpikir kita sudah tidak seprima dulu, agak susah bagi kita bisa jadi orang kaya [negara maju],” kata Bambang pada diskusi virtual 50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi: CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045, Rabu (4/8/2021).

Bambang lalu menceritakan pengalamannya saat menjadi Menteri PPN/Bappenas RI 2016-2019. Saat menjabat, dirinya ingin mencontoh negara seperti Chile dan Korea Selatan, yang berhasil keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap, serta menjadi negara maju.

Khususnya dari Korea Selatan, Bambang ingin Indonesia bisa mengikuti negara tersebut dalam pengembangan SDM, riset, dan pengembangan sektor manufaktur.

Perbedaan antara kedua negara tersebut terletak pada kepemilikan sumber daya alam (SDA), di mana Korea Selatan tidak memiliki SDA sehingga tidak tergoda untuk menjual komoditas tersebut. Sementara Indonesia, kata Bambang, memiliki SDA berlimpah sehingga akan selalu tergoda untuk menjualnya.

“Di satu sisi kita juga harus kuat di transfer teknologi dan tetap masuk dalam global supply chain, dan memperkuat domestic supply chain. Jadi, aspek produktivitas manufaktur tetap harus dikedepankan. Memang akan berat bagi kita jadi pesaing di otomotif atau elektronik, tapi setidaknya kita punya kualitas manufaktur yang baik. Sehingga, kalau ada relokasi, dari China atau Korea Selatan, paling tidak Indonesia dilirik,” tuturnya.

Adapun, Indonesia memiliki target untuk menjadi negara maju dengan produk domestik bruto (PDB) riil 5,7 persen dan PDB rill per kapita sebesar 5,0 persen, sebelum 2045. Visi tersebut tertuang pada “Visi Indonesia 2045 Menuju Negara Maju”.

Pada visi tersebut, Indonesia diperkirakan bisa keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap) pada 2036 atau 2038, jika pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata mencapai 5,7 persen antara 2015-2045.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper