Bisnis.com, JAKARTA - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata 145 MWac telah menuntaskan pendanaan atau financial close pada 2 Agustus 2021.
Kebutuhan dana pengerjaan proyek tersebut diperkirakan mencapai sekitar US$140 juta-US$145 juta.
Sebelumnya, pada kesepakatan power purchase agreement yang ditandatangi PT Pembangkitan Jawa Bali Investasi (PJBI), anak usaha PT Pembangkitan Jawa Bali dan Masdar, anak usaha Mubadala Investment Company, perusahaan energi baru terbarukan (EBT) asal Uni Emirat Arab, pada 12 Januari 2020 di Abu Dhabi, nilai investasinya diperkirakan mencapai US$129 juta.
"Nilai proyeknya kurang lebih untuk PLTS itu kira-kira US$1 juta per 1 MW. Jadi kalau 145 MW bisa dihitung sendiri," ujar Direktur Utama PJBI Amir Faisal dalam konferensi pers, Selasa (3/8/2021).
Amir mengatakan, kebutuhan pendanaan proyek tersebut akan dipenuhi 80 persen dari pembiayaan lender asing dan 20 persen dari pendanaan internal.
Pendanaan internal tersebut terbagi atas 51 persen dari PJBI dan 49 persen dari Masdar, sesuai porsi kepemilikian saham dalam project company yang dibentuk untuk mengelola PLTS Terapung Cirata, yakni PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE).
Adapun, proyek yang akan dibangun di atas Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat tersebut telah mengamankan pendanaan dari tiga perbankan internasional, yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Societe Generale, dan Standard Chartered Bank.
Dengan tercapainya financial close, proyek yang digadang-gadang menjadi PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara tersebut diharapkan dapat beroperasi secara komersial pada November 2022.
Harga jual listrik dari PLTS ini cukup kompetitif, yakni sebear US$5,82 sen per kWh.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, dengan harga jual listrik yang kompetitif tersebut, PLTS Cirata telah menjadi benchmark pengembangan PLTS di Indonesia.
"Bahkan dengan market sounding oleh PLN, pengembang PLTS terapung di beberapa lokasi menunjukkan penawaran harga di bawah US$4 sen per kWh," kata Dadan.