Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut industri gim atau game dalam negeri hanya menguasai 0,4 persen pasar. Padahal potensi sektor ini sangat besar.
Kondisi tersebut lebih miris lagi, karena Indonesia disebut sebagai pasar industri game terbesar di Asia Tenggara dan berada di peringkat 17 secara global.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan jika merujuk data yang dihimpun oleh Newzoo, pada periode 2016 hingga 2019 pendapatan Industri game di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2019, Indonesia memperoleh pendapatan sebesar US$1,08 miliar dari industri game dan eSports saja.
"Tercatat pula terdapat 52 juta penduduk Indonesia yang merupakan gamer. Sayangnya, dengan potensi pasar yang begitu besar amat nilai pendapatan tersebut sebagian besar masih dinikmati oleh pengembang game dari luar negeri," katanya dalam sambutan webinar Bangga Game Buatan Indonesia, Selasa (3/8/2021).
Oleh karena, Taufiek menyebut saat ini Kemenperin juga tengah berupaya meningkatkan pangsa pasar game dalam lokal.
Pada periode 2016 perangkat yang paling digemari untuk memainkan game masih didominasi oleh komputer baik desktop maupun laptop, tetapi tren tersebut telah berubah. Pada 2019, lanjut Taufiek diproyeksi 85 persen gamer telah menggunakan ponsel pintar.
Baca Juga
Saat ini di Indonesia sendiri, pangsa pasar ponsel pintar berbasis Android masih mendominasi apabila dibandingkan dengan yang berbasis IoS. Adapun jenama ponsel yang selama tiga tahun terakhir ini menjadi penguasa pasar Indonesia adalah Oppo, Vivo, Samsung, dan Xiaomi.
"Namun tak sekadar ponsel, tetapi dibutuhkan pengembangan rantai nilai industri konten atau IP yang melibatkan banyak sektor industri dan pemerintah dalam membangun ekosistem industri konten yang baik dengan kolaborasi dan interaksi antar sektor," ujarnya.
Taufiek menilai industri berbasis IP dapat saling berkolaborasi dalam pengembangan produk dan IP dengan dukungan investasi baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Dengan terbentuknya ekosistem industri konten yang baik, industri games sebagai salah satu komponen didalamnya juga akan turut berkembang dengan baik.
Dari Kemenperin sendiri, Taufiek menyebut sebagai langkah dalam membangun Ekosistem Industri Games pada 2014 telah menginisiasi pembangunan Bali Creative Industry Centre (BCIC) sebagai pusat Promosi, Inkubasi dan Pleatihan SDM Industri Animasi dan Games.
Selain itu Kemenperin juga menelurkan berbagai kebijakan agar industri dalam negeri berkembang. Satu di antaranya adalah Permenperin 29/2017 tentang Tata Cara Perhitungan TKDN HKT (produk telepon seluler, komputer genggam, dan komputer tablet) yang menyertakan Aplikasi, termasuk di dalamnya game, menjadi salah satu komponen perhitungan nilai TKDN.
"Kami saat ini juga sedang menyusun usulan Insentif bagi Invenstor Industri berbasis Hak Kekayaan Intelektual sebagai salah satu cara untuk menarik investasi pada industri game di Indonesia," kata Taufiek.