Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan meyakini ekspor besi dan baja Indonesia bisa terus meningkat jika melihat tren perdagangan dalam beberapa tahun terakhir.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Indrasari Wisnu Wardhana menjelaskan ekspor besi dan baja menunjukkan kinerja positif dalam kurun 5 tahun belakangan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa ekspor pada 2017 berada di angka US$3,3 miliar dan menyentuh US$10,8 miliar pada 2020.
“Nilai ekspor terus meningkat ke US$5,7 miliar, US$7,4 miliar, dan US$10,8 miliar secara berturut-turut dari 2018 sampai ke 2020,” kata Wisnu kepada Bisnis, Minggu (1/8/2021).
Dia melanjutkan ekspor besi dan baja kembali menorehkan pertumbuhan signifikan pada masa pandemi, yakni sebesar 92,74 persen pada periode Januari–Juni 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor mencapai US$8,79 miliar atau hampir menyamai besaran ekspor sepanjang tahun lalu.
“Pada Mei dan Juni 2021 secara berturut-turut nilai ekspor besi dan baja Indonesia sebesar US$1,5 miliar dan US$1,9 miliar. Pertumbuhan ekspor besi dan baja menempati posisi kedua tertinggi ekspor nonmigas Indonesia semester I/2021. Melihat angka tersebut kami optimistis ekspor besi dan baja dapat terus meningkat ke depannya,” tambah Wisnu.
Ekspor besi dan baja pada Juni 2021 juga menggeser nilai yang dicapai oleh ekspor produk minyak sawit yang turun ke peringkat ketiga dengan nilai US$1,89 miliar. Terlepas dari capaian tersebut, Wisnu tidak memungkiri bahwa produk besi dan baja masih dihadapkan dengan sejumlah hambatan perdagangan berupa trade remedies.
Baca Juga
Dia mengatakan cara yang paling efektif menghadapi situasi tersebut adalah dengan menjalin kerja sama dalam penyelidikan. Pelaku usaha harus mampu menyampaikan data dengan cerdas dan pemerintah akan berupaya memberikan argumen-argumen pembelaan yang taktis dan akurat.
Adapun ekspor besi dan baja paling banyak menyasar China dengan nilai US$7,54 miliar sepanjang 2020. Ekspor produk ini bahkan disebut berhasil memangkas defisit neraca perdagangan dengan Negeri Panda dari US$18,70 pada 2019 menjadi hanya US$9,41 miliar pada 2020.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan besi dan baja, terutama produk dalam kelompok stainless steel, akan menjadi barang yang sangat penting bagi ekspor Indonesia pada masa mendatang. Meski menghadapi sejumlah hambatan dagang, produk ini mencatatkan pertumbuhan yang menurutnya tidak sedikit.
“Hal ini [ekspor stainless steel] menunjukkan Indonesia berevolusi dari eksportir barang mentah dan setengah jadi menjadi eksportir barang industri dan industri teknologi tinggi,” kata Lutfi belum lama ini.