Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut negara-negara Timur Tengah sebagai pasar potensial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor produk perikanan Indonesia.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Rina memaparkan sistem jaminan kesehatan ikan yang sesuai dengan standar internasional, yaitu mengacu pada Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), FAO (Codex) dan ketentuan khusus negara mitra dagang, termasuk Timur Tengah.
"Timur Tengah ini peluang pasar yang perlu kita optimalkan," jelas Rina dalam siaran pers, Sabtu (31/7/2021).
Merujuk data International Trade Center (2020), selama periode 2017 – 2019, permintaan rata-rata produk perikanan dari negara-negara Timur Tengah tumbuh sebesar 4,3 persen per tahun.
Nilai impor komoditas perikanan Timur Tengah dalam periode yang sama rata-rata sekitar 2,64 persen dari total nilai impor komoditas perikanan dunia. Pada 2017 nilai impor komoditas perikanan Timur Tengah mencapai US$3,05 miliar dan pada 2019 meningkat menjadi US$3,32 miliar atau sekitar 2,67 persen dari total nilai impor komoditas perikanan dunia.
Rina menuturkan Indonesia memang melakukan ekspor ikan tuna dalam kemasan kaleng ke sejumlah negara di Timur Tengah. Hanya saja, ekspor Indonesia ke Timur Tengah masih kalah jauh dibandingkan Thailand yang menguasai 71 persen pasar impor Timur Tengah untuk produk TTC (tuna, tongkol, cakalang).
Baca Juga
Dia pun menyebut potensi pasar ikan Timur Tengah yang dapat digarap, di antaranya adalah ikan patin dan ikan tawar lainnya. Selama ini yang menguasai pasar Timur Tengah untuk ikan patin adalah Vietnam.
Selain komoditas konsumsi, Rina memastikan adanya peluang ekspor ikan hias yang menjadi hobi yang paling populer di dunia. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi produksi dan keanekaragaman jenis (species diversity) ikan hias tertinggi di dunia.