Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perubahan Tata Guna Lahan Sebabkan Banjir di Sulawesi Selatan

Setidaknya ada beberapa hal yang dapat mendapatkan angka runoff naik, yakni peningkatan okupansi di sekitar daerah aliran sungai (DAS) dan sedimentasi akibat berkurangnya wilayah penampang air di wilayah hulu sungai.
Banjir bandang melanda wilayah Waiwerang dan sekitarnya di Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu (4/4/2021) WITA dini hari./Antara
Banjir bandang melanda wilayah Waiwerang dan sekitarnya di Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Minggu (4/4/2021) WITA dini hari./Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengidentifikasi perubahan tata guna lahan sebagai salah satu penyebab banjir di Sulawesi Selatan pada medio 2021.

Direktur Sungai dan Pantai Kementerian PUPR Bob Arthur Lombogia mengatakan bahwa banjir yang terjadi di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan adalah hasil dari meluapnya dua sungai, yakni Sungai Karalloe dan Sungai Mangottong.

Bob berujar, salah satu penyebab meluapnya kedua sungai tersebut adalah curah hujan yang sangat tinggi atau sekitar 100—200 milimeter per hari di ketiga kabupaten tersebut.

“Selain itu, di daerah tersebut ada perubahan tata guna lahan, sehingga menyebabkan [volume debit air] runoff meningkat,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/7/2021).

Seperti diketahui, runoff adalah jumlah debit air yang tidak terserap ke dalam tanah dan mengalir ke sungai.

Bob menjelaskan, setidaknya ada beberapa hal yang dapat mendapatkan angka runoff naik, yakni peningkatan okupansi di sekitar daerah aliran sungai (DAS) dan sedimentasi akibat berkurangnya wilayah penampang air di wilayah hulu sungai.

Menurutnya, pihaknya saat ini sedang mengkaji penyebab utama terjadinya banjir di ketiga kabupaten tersebut untuk menghindari terjadinya banjir di masa depan.

“Apakah sungainya yang ditangani atau sedimen yang ditangani, atau keduanya. Kalau sedimen yang ditangani, berarti akan dibuat cekdam, sedangkan kalau sungainya yang ditangani akan dilakukan normalisasi atau pembuatan tanggul,” ucapnya.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengatakan bahwa beberapa sungai di Makassar mengalami penyempitan aliran air atau bottleneck akibat betonisasi jembatan.

Selain itu, Sudirman menemukan adanya penutupan saluran oleh pengembang perumahan.

Oleh karena itu, Sudirman bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang segera melakukan tindakan dengan menerjunkan sejumlah alat berat ke kedua sungai tersebut.

Hal tersebut dilakukan untuk melakukan pengerukan di beberapa anak sungai yang ada di Makassar.

Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Adenan Rasyid mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang melakukan upaya penanganan dengan membersihkan tanaman liar di kawasan sungai. Selain itu, Adenan juga akan melakukan normalisasi beberapa sungai.

Adenan menargetkan pembersihan ruas yang sudah ditentukan titiknya bisa rampung dalam satu bulan ke depan.

Sementara itu itu, Adenan juga akan memberikan tindakan tegas pada beberapa bangunan yang menghambat aliran sungai.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper