Bisnis.com, JAKARTA – PT PLN (Persero) menilai keandalan teknologi akan sangat menentukan upaya menuju nol emisi karbon.
Tren 3D atau dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi turut mempengaruhi berbagai perencanaan dan strategi menuju 2060. Pada periode ini, PLN menargetkan netral karbon dapat diwujudkan dari proses bertahap sehingga dukungan teknologi menentukan.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengungkapkan bahwa di tengah perkembangan teknologi, perseroan terus mendorong pengurangan efek gas rumah kaca lewat berbagai cara.
Zulkifli menjelaskan bagaimana sektor ketenagalistrikan hanya menyumbangkan 14 persen dari keseluruhan emisi nasional.
“Porsi ini termasuk yang terendah di Asean, di antara 5 negara terluas di kawasan Asean,” jelasnya, dikutip dari siaran pers, Rabu (28/7/2021).
Ia mencontohkan Filipina dan Vietnam yang sektor ketenagalistrikannya masing-masing berkontribusi 30 persen terhadap emisi dan Malaysia yang bahkan mencapai 32 persen kontribusi emisi.
Di Indonesia, menurutnya, pengunaan lahan dan alih fungsi hutan, termasuk kebakaran hutan merupakan kontributor emisi karbon terbesar. Meskipun begitu, PLN tegasnya memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung transisi energi.
Menuju capaian energi besar yang optimal, ia mengatakan model bisnis PLN di masa depan akan mengakomodasi tren 3D. Di antaranya dengan meningkatkan peran energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber energi primer utama dan smart grid sebagai enabler .
Lebih jauh, ia menyebut inovasi teknologi semakin maju dalam bidang teknologi pembangkit EBT. Hal ini meliputi kehadiran energy storage atau baterai, carbon capture, green hydrogen, kendaraan listrik dan efisiensi energi yang mendorong transisi pada sektor ketenagalistrikan.
Transisi dari pembakaran bahan bakar fosil, menuju pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan. Di sisi lain, Zulkifli menyebutkan desentralisasi dan digitalisasi mendorong munculnya model bisnis baru dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat
PLN pun menurutnya telah menetapkan peta jalan dalam mengurangi penggunaan energi listrik berbasis fosil dari 2025 hingga 2060. Menurutnya ada dua skenario yang disiapkan.
Skenario pertama energi berbasis fosil akan mulai hilang dari bauran energi mulai 2056. Ada 7 tahapan penghentian PLTU batu bara mulai dari yang menggunakan teknologi konvensional sampai yang paling mutakhir.
Pada skenario kedua, pemanfaatan teknologi CCUS (carbon capture, usage and storage) akan diterapkan mulai 2035 sembari PLN menurunkan porsi energi berbasis fosil dari bauran energi.
Lebih jauh soal model bisnis masa depan, PLN akan melakukan berbagai pekerjaan besar dari hulu ke hilir. “Di sisi hulu PLN akan melakukan eksekusi proyek EBT dalam skala besar,” kata Zulkifli.
Selanjutnya di sisi midstream sebagai operator atau pemilik dari jaringan transmisi dan distribusi termasuk energy storage atau baterai, PLN juga memberikan layanan solusi energi terintegrasi yang fleksibel untuk pelanggan skala besar atau industri.
Di sisi hilir, PLN akan memberikan layanan solusi energi untuk semua pelanggan. Selain itu, akan diciptakan ekosistem pelayanan yang cerdas, fleksibel, dan inovatif hingga elektrifikasi sektor transportasi dengan ketersediaan infrastrukturnya.