Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Bimbel di China Rontok Usai Pemerintah Perketat Aturan

Saham New Oriental Education & Technology Group Inc. anjlok sebanyak 40 persen, melanjutkan penurunaan 41 persen pada hari Jumat dan setelah sahamnya yang diperdagangkan di AS turun 54 persen.
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada tahun 2011./Antararnrn
Joe Biden (kiri) saat masih menjabat Wapres AS bertemu Presiden China Xi Jinping dalam satu kesempatan di Balai Agung Rakyat China di Beijing pada tahun 2011./Antararnrn

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham emiten pendidikan swasta di China melanjutkan pelemahan pada Senin (26/7/2021), setelah setelah pemerintah mengumumkan reformasi yang membuat mereka "tidak dapat diinvestasikan" menurut para analis.

Dilansir Bloomberg, saham New Oriental Education & Technology Group Inc. anjlok sebanyak 40 persen, melanjutkan penurunaan 41 persen pada hari Jumat dan setelah sahamnya yang diperdagangkan di AS turun 54 persen.

Perseroan memperingatkan dalam pengajuan ke bursa pada Senin bahwa peraturan pemerintah China akan memiliki dampak material yang merugikan pada perusahaan. Saham-saham lain juga terperosok. Koolearn Technology Holding Ltd jatuh hingga 35 persen, sedangkan saham China Maple Leaf Educational Systems Ltd anjlok 16 persen.

Pada Sabtu, pemerintah China melarang perusahaan bimbingan belajar (bimbel) yang mengajarkan kurikulum sekolah untuk menghasilkan keuntungan, meningkatkan modal, serta melantai di bursa.

Selain itu, perusahaan juga tidak dapat lagi menerima investasi luar negeri, yang mencakup modal dari entitas terdaftar di luar negeri.

Larangan tersebut berangkat dari pemikiran bahwa bimbel yang berlebihan menyiksa anak muda, membebani orang tua dengan biaya mahal, dan memperburuk ketidaksetaraan dalam masyarakat.

“Industri pendidikan di luar sekolah telah sangat dibajak oleh modal. Itu merusak sifat pendidikan sebagai kesejahteraan,” kata Kementerian Pendidikan dalam sebuah artikel, dilansir Bloomberg, Minggu (25/7).

Analis JPMorgan Chase & Co termasuk DS Kim dalam sebuah catatan mengatakan skenario terburuk menjadi kenyataan. Belum dapat dipastikan apakah perusahaan bimbingan pelajar dapat tetap terdaftar di bawah rezim baru ini.

“Tidak jelas tingkat restrukturisasi apa yang harus dilakukan perusahaan dengan rezim ini dan, dalam pandangan kami, langkah ini membuat saham ini hampir tidak dapat diinvestasikan,” ungkap analis JPMorgan, Senin (26/7/2021).

Analis Bloomberg Intelligence Catherie Lim mengatakan saham New Oriental dan TAL Education Group dapat mengalami kerugian yang melebihi skenario penurunan jika kedua perusahaan bimbingan belajar tersebut membagi dua biaya siswa untuk memenuhi pedoman Beijing.

Ada lebih dari 20 perusahaan pendidikan yang terdaftar di Hong Kong memiliki kapitalisasi pasar gabungan sebesar HK$187 miliar (US$24 miliar) setelah penurunan pada hari Jumat. Volume short selling dari perusahaan pendidikan terbesar, New Oriental Education, melonjak lebih dari 8.000 persen pada hari Jumat, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper