Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bakal membasmi oknum importir laptop yang bermain dalam pengadaan laptop untuk pendidikan.
Menurutnya, impor laptop seharusnya tidak perlu ketika kapasitas di dalam negeri mumpuni untuk bisa memproduksi produk serupa.
"Ini [belanja produk dalam negeri] kita betul-betul dorong. Jadi tidak boleh kita mengimpor-impor padahal kita bisa produksi sendiri. Jadi harus dibasmi orang-orang yang masih bermain di sini," kata Luhut seperti dikutip dari Antara, Jumat (23/7/2021).
Dia menargetkan penggunaan produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam negeri di bidang pendidikan melalui pengadaan barang pemerintah mencapai Rp17 triliun ada 2024.
Menurutnya, belanja pemerintah untuk produk dalam negeri (PDN) di bidang pendidikan, khususnya produk TIK seperti laptop masih sangat rendah dibandingkan produk impor.
"Kita berharap makin banyak nanti yang diproduksi di dalam negeri sejalan dengan dana yang Kemendikbud punya dan juga nanti kita akan bikin aturan lagi supaya sebanyak mungkin digunakan. Dan kita akan batasi impor-impor dari luar," imbuhnya.
Baca Juga
Untuk anggaran 2021, total kebutuhan Kemendikbud Ristek dan pemerintah daerah (pemda) untuk pengadaan laptop sebanyak 431.730 unit yakni senilai Rp3,7 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas 189.165 unit (sekitar Rp1,3 triliun) melalui APBN 2021 dan 242.565 unit (sekitar Rp2,4 triliun) melalui DAK fisik pendidikan.
"Saat ini telah dilakukan penandatanganan kontrak atas penggunaan PDN senilai Rp1,1 triliun," jelasnya.
Luhut menuturkan, saat ini terdapat enam produsen laptop dalam negeri dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 25 persen dan telah dapat memenuhi kebutuhan pengadaan Kemendikbud Ristek dan Pemda ada 2021. Adapun, kesiapan produksi laptop dalam negeri sebesar 351.000 unit ada September 2021 dan total sebanyak 718.100 unit pada November 2021.
Lebih lanjut, pemerintah juga telah memetakan kebutuhan produk TIK untuk tahun anggaran 2021-2024. Misalnya, kebutuhan laptop hingga 2024 mencapai 1,3 juta unit, access point mencapai 99 ribu unit, hingga LCD proyektor yang mencapai 99 ribu unit.
"Jadi selama 4 tahun ke depan, itu kita akan belanjakan segitu banyak. Kita mau sebanyak mungkin, secara bertahap, itu [produknya] kita buat di dalam negeri," ujar Luhut.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan pihaknya telah membeli 190.000 unit laptop senilai Rp1,3 triliun pada tahun ini. Seluruh laptop tersebut merupakan buatan dalam negeri dan telah dikirimkan ke sekitar 12.000 sekolah di segala jenjang.
"Selain itu, pemerintah [telah] mengalokasikan Rp2,4 triliun untuk DAK (Dana ALokasi Khusus) di tingkat provinsi, kabupaten, kota untuk pembelian 240.000 laptop," ucapnya.
Nadiem menuturkan beberapa perguruan tinggi telah mengembangkan laptop dalam negeri dan membentuk konsorsium dengan beberapa pabrikan laptop lokal untuk dapat memproduksi Laptop Merah Putih. Selain itu, pihaknya juga telah mengikutkan SMK dalam program tersebut.
Sejauh ini, seluruh pembelian tersebut akan berasal dari enam pabrikan laptop lokal, yakni PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Tera Data Indonesia, PT Supertone, PTEvercross Technology Indonesia, PT Bangga Teknologi Indonesia, dan Acer Manufacturing Indonesia. Seluruh pabrikan tersebut telah memiliki tingkat komponen dalam negeri lebih dari 25 persen.