Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Dunia Turun Meski Tetap Mahal

Harga pangan dunia secara historis masih tetap tinggi, naik sekitar 34 persen dari periode yang sama tahun lalu. Harga tanaman bergantung pada cuaca di bulan-bulan mendatang.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com,JAKARTA - Harga pangan global turun untuk pertama kalinya dalam setahun, berpotensi menawarkan beberapa bantuan bagi konsumen dan mengurangi tekanan inflasi.

Indeks harga pangan PBB turun 2,5 persen pada Juni dari level tertinggi sembilan tahun, menandai penurunan pertama sejak Mei 2020.

Harga biji-bijian, daging, hingga minyak nabati meningkat tahun ini karena impor besar China, pembukaan kembali ekonomi, dan risiko cuaca terhadap tanaman.

Penurunan bulan lalu dapat mengurangi risiko inflasi, baik bagi bank sentral yang menghadapi tekanan untuk memperketat langkah-langkah stimulus maupun negara-negara miskin yang sangat bergantung pada impor untuk memberi makan penduduknya.

Namun, harga pangan dunia secara historis masih tetap tinggi, naik sekitar 34 persen dari periode yang sama tahun lalu. Harga tanaman bergantung pada cuaca di bulan-bulan mendatang untuk menentukan apakah panen di Eropa dan Amerika Utara akan cukup besar untuk mengisi kembali persediaan yang tegang. Banyak yang juga akan bergantung pada impor China pada bulan-bulan mendatang.

Kehilangan pendapatan selama pandemi juga memperburuk kerawanan pangan, menambah tantangan dari harga tinggi

"Kita sudah memiliki konflik, iklim, dan Covid-19 yang mendorong lebih banyak orang ke dalam kelaparan dan kesengsaraan. Sekarang, harga pangan telah bergabung dengan trio yang mematikan itu,” kata Kepala Ekonom Program Pangan Dunia (WFP) Arif Husain, dilansir Bloomberg, Rabu (14/7/2021).

Biaya pengiriman juga melonjak, memperumit perdagangan produk seperti gula. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bulan lalu memperkirakan tagihan impor pangan global akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021.

"Saya tidak berpikir bahwa kita akan melihat dampak penurunan ringan ini dirasakan oleh konsumen mengingat semua faktor lain yang kita tahu masih ada," kata Abdolreza Abbassian, ekonom senior di FAO.

Mungkin ada lebih banyak bantuan untuk konsumen dalam jangka menengah hingga panjang. Pandangan baru-baru ini dari PBB dan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan permintaan akan melambat dan produksi meningkat untuk meredam harga pangan di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, meningkatnya kelaparan dan kerentanan pangan global karena pandemi juga mendesak upaya pengentasan dunia dari krisis ini. Menurut laporan PBB, antara 720 juta dan 811 juta penduduk dunia mengalami kekurangan gizi sepanjang tahun lalu.

"Ini adalah panggilan untuk membangunkan seluruh dunia. Kita menuju ke arah yang salah untuk berpikir bahwa kita akan mengakhiri kelaparan pada 2030," kata David Beasley, Direktur Eksekutif WFP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper