Bisnis.com, JAKARTA - LG Chem Ltd. akan menghabiskan dana 10 triliun won (US$8,7 miliar) atau Rp125,28 triliun hingga 2025 untuk mempercepat pertumbuhan berkelanjutan dalam operasi bahan baterai dan lini bisnis lainnya, bergabung dengan raksasa industri Korea Selatan lainnya dalam pergeseran menuju praktik yang lebih hijau.
Produsen petrokimia itu akan melakukan investasi 6 triliun won untuk memperluas lini produksi bahan baterainya, termasuk katoda dan separator, sementara 3 triliun won akan digunakan untuk memproduksi produk petrokimia ramah lingkungan. Sisa investasi akan digunakan dalam operasi ilmu hayati LG.
"Ini adalah perubahan paling inovatif yang dibuat perusahaan sejak didirikan, yang selanjutnya akan meningkatkan nilai dan keberlanjutan. Kami akan dapat melihat hasil nyata dari paruh kedua tahun ini," kata Chief Executive Officer Shin Hak Cheol dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg, Rabu (14/7/2021).
Sektor swasta di Korea Selatan telah bergegas mengumumkan rencana investasi besar-besaran untuk mengurangi jejak karbon mereka dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
SK Innovation Co. awal bulan ini mengatakan akan menginvestasikan 30 triliun won hingga 2025 untuk memperkuat portofolio bisnis hijaunya, terutama dalam baterai dan daur ulang sampah plastik, sementara Lotte Chemical Corp. mengatakan akan menghabiskan 4,4 triliun won hingga 2030 untuk meningkatkan hidrogen keluaran.
“Kami akan mengubah portofolio bisnis kami berdasarkan operasi terkait LST dan kami akan membuktikan bahwa kami dapat membuat pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Shin dalam pengarahannya.
Baca Juga
Investasi besar-besaran LG dalam operasi bahan baterai datang di tengah melonjaknya permintaan untuk kendaraan listrik. Perusahaan memperkirakan pasar material akan tumbuh menjadi sekitar 100 triliun won pada 2026, dari 39 triliun won pada 2021.
Untuk memanfaatkan lonjakan permintaan kendaraan listrik, LG Chem akan mulai membangun fasilitas produksi bahan katoda di Gumi mulai Desember dengan kapasitas tahunan 60.000 ton. LG mengharapkan kapasitas produksi katodanya meningkat menjadi 260.000 ton pada 2026, dari 40.000 ton pada 2020.
Perusahaan juga mengupayakan merger dan akuisisi atau usaha patungan pada separator, dengan rencana mendirikan pabrik di luar negeri, sambil memperluas produksi nanotube karbon.
Untuk bisnis petrokimia, LG berencana untuk beralih ke pembuatan produk ramah lingkungan seperti bioplastik dan polimer penyerap bio-super. Perusahaan akan berupaya mencari pertumbuhan baru dalam operasi daur ulang plastik, serta bahan yang digunakan dalam panel surya seperti elastomer poliolefin, menurut pernyataan itu.
Investasi di RI
Konsorsium LG diketahui akan berinvestasi US$9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun di Indonesia.
Adapun, nvestasi ini akan membuat Indonesia menjadi yang pertama di dunia yang punya industri baterai listrik dari pertambangan hingga baterai lithium mobil listrik.
Pada Februari lalu, Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Indoensia Agus Tjahajana Wirakusumah mengungkapkan negosiasi dengan LG Chem Ltd. untuk proyek industri baterai kendaraan listrik di Indonesia masih berjalan.
Investor asal Korea Selatan itu berpotensi menjadi mitra Indonesia Battery Holding atau Indonesia Battery Corporation yang akan dibentuk untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) secara terintegarsi dari hulu hingga hilir senilai US$13,4 miliar—US$17,4 miliar.
Menurut Agus, dalam negosiasi terkait rencana kerja sama tersebut, pihak LG Chem meminta agar ketersediaan bahan baku pembuatan baterai EV dapat terjamin.
"Syarat yang diminta LG Chem, dia ingin terjamin bahan bakunya selama dia berproduksi. Calon mitra takutnya 10—20 tahun habis. Mereka ingin pastikan bahan baku cukup agar investasi tidak sia-sia," ujarnya dalam BUMN Media Talk, Selasa (2/2/2021).
Dalam ilmu kesehatan, LG berencana untuk menghabiskan lebih dari 1 triliun won untuk memasuki pasar di AS dan Eropa dengan menjadi perusahaan farmasi global yang memiliki lebih dari dua obat baru.